Latar Belakang
Dalam sosial ekonomi yang semakin maju, dimana qualitas kemandirian
individu individu semakin tumbuh dan berkembang secara massal,
mengakibatkan persaingan hidup juga semakin keras dan semakin meluas,
sekeras-kerasnya dan seluas-luasnya sehingga harga semakin naik
setinggi-tingginya, tapi keuntungan semakin turun serendah-rendahnya,
hal ini tidak hanya mengakibatkan pertentangan klasik antara Buruh
dengan Majikannya, tapi juga pertentangan global antara Buruh disuatu
sektor dengan Buruh disektor lainnya.
Dua pertentangan tersebut, tidak lain hanya akan menjerumuskan kita
semua kedalam jurang kerugian dan tragedi kemanusiaan secara massal,
tentu ini hanyalah seleksi alamiah yang bukan tanpa ada akhirnya, karena
ketika jumlah pesaing dan tingkat qualitas kemandirian individu secara
umum drastis berkurang, hingga persaingan semakin melemah dan juga
semakin menyempit, maka sosial ekonomi akan kembali pada titik tolak
untuk tumbuh dan berkembang kembali, seperti buah kelapa yang terjatuh
ke tanah untuk bertunas lagi..
Tapi bagaimanapun juga, kita harus memilih satu pilihan terbaik diantara
dua pilihan terberat, yaitu apakah kita memilih untuk senantiasa
menyerahkan diri kita kepada apa yang disebut Charles Darwin sebagai
seleksi alamiah yang kita rasakan teramat kejam ini, ataukah kita
memilih untuk melawannya !.
Seleksi Alamiah yang dikatakan Charles Darwin dalam konteks sosial
ekonomi sebenarnya adalah hasil dari persaingan bebas, sebagai Seleksi
Ilmiah Liberalistik, dimana tidak pernah ada kemenangan bersama, seperti
halnya juga tidak pernah ada kesejahteraan bersama, karena tiap
kemenangan seseorang berdiri diatas kekalahan orang banyak, seperti
halnya juga tiap kesejahteraan seseorang berdiri diatas kemiskinan orang
banyak.
Demikianlah persaingan bebas tidak akan pernah menghasilkan
kesejahteraan umum, sehingga kesejahteraan umum itu, tentu tidak akan
pernah terjadi didalam masyarakat alamiah, karena itu tidak terbantah
lagi bahwa kesejahteraan umum adalah visi yang luar biasa, yang tentu
harus dicapai dengan cara yang luar biasa juga, yaitu melalui rekayasa
sosial ( social engineering ) sebagai pembangun bagi revolusi sosial
yang kita inginkan, dengan kekuatan massa tidak lebih dari 0,01% saja
dari total populasi penduduk, para pemimpin aksi anarkis maupun aksi
demonstrasi, beserta para pengikutnya tidak akan pernah bisa melakukan
revolusi sosial apapun, kecuali menjadi sasaran empuk penguasa dimanapun
mereka berada, atau bahkan bisa juga mereka menjadi sasaran pelampiasan
dari ketidakpuasan masyarakat umum.
Ruang Hidup
Aktivis aktivis Marxisme-Leninisme saat ini belum bisa menyadari, bahwa
taktik dan strategi Komunisme yang berdasarkan Marxisme-Leninisme tidak
lagi dapat mengalahkan kekuatan Kapitalis, sejak Kapitalisme berhasil
mencapai evolusinya menjadi Liberalisme yang sempurna pada pertengahan
Abad ke 20.
Liberalisme berhasil melucuti basis pokok kekuatan Komunis sehingga kita
bisa melihat bagaimana Borjuis & Proletar telah menjadi satu
sebagai kaum Liberalis, dimana kaum liberalis yang terdiri dari Borjuis
dan Proletar dengan sukarela dan antusias menjadi lawan bagi Kaum
Komunis.
Hal itu menjadi kritik bagi asumsi Marx untuk menentukan pemetaan kelas
social dalam thesisnya Historical Materalisme, yang menjadi dasar
berpijak perjuangan kelas social yaitu, keadaan social seseorang
menentukan kesadaran socialnya, tapi pada kenyataannya hal itu tidak
sepenuhnya terjadi, karena kesadaran social tidak ditentukan oleh
keadaan sosialnya, terbukti Marx dan Engels walau jelas memiliki keadaan
social yang berbeda, tapi keduanya memiliki kesadaran social yang sama,
hal ini saya sebut sebagai kelas social subyektif.
Dari fakta tersebut diatas dapat dikatakan bahwa Kelas Sosial Subyektif
memiliki eksistensi dan pengaruh yang lebih kuat, dari pada Kelas Sosial
Obyektif yang terbentuk berdasarkan parameter materalistik yang sudah
tentu didasarkan oleh obyektifitas yang tidak perlu diragukan lagi.
Apakah yang menyebabkan Kelas Sosial Subyektif memiliki eksistensi yang
lebih kuat adalah yaitu, karena pada dasarnya setiap kelas social
terbentuk oleh adanya “kesadaran Sosial”, dan “kesadaran” berasal dari
dalam diri individu ( manusia ) sehingga “kesadaran” itu sendiri adalah
idealistik, yang sudah tentu bertentangan dengan materialistik, hal ini
juga menguntungkan Liberalisme karena kesadaran diri manusia terdiri
dari hasrat hewani manusia ( zoon politicon ) yang cendrung pada
kebebasan pribadi ( individu ) yang seluas luasnya.
Hasrat kebebasan pribadi yang seluas luasnya ( naluri ) adalah dasar
berpijak bagi penindasan manusia diantara manusia, mengapa demikian ?
tentu kita memahami hal yang seharusnya, bahwa kebebasan seseorang
dibatasi oleh kebebasan orang lain, hingga terbentuk kebebasan yang sama
bagi setiap orang, namun untuk dapat mencapai kebebasan yang seluas
luasnya, manusia harus melakukan penindasan kepada manusia lainnya,
bagaimana penindasan manusia diantara manusia yang sebenarnya terjadi ?
hakekat penindasan yang sebenarnya terjadi adalah dengan cara
mengingkari harga diri manusia lain, karena tidak mungkin hak azasi
seorang manusia dapat diakui bila harga dirinya diingkari.
Harga diri adalah nilai berharganya diri manusia, nilai berharganya diri
manusia ialah dasar berpijak untuk mendapatkan kebenaran ( Hak ) mutlak
( Azasi ) bagi diri manusia untuk dapat diperdulikan oleh manusia
lainnya, Hak Azasi Manusia hanya relevan dibahas dalam hubungan antar
manusia, yaitu ketika manusia berhadapan dengan manusia lainnya, Hak
Azasi Manusia tidak relevan lagi dibahas dalam hubungan manusia dengan
tuhannya atau hewan disekitarnya.
Adalah benar bahwa semua manusia memang berharga, karena manusia adalah
benda hidup yang memiliki kenangan dan angan-angan, benda hidup yang
pada dasarnya jelas memiliki kemampuan dan kemauan untuk mengerti dan
melayani, untuk berbagi dan menyayangi serta untuk berjuang dan
berkorban, bahwa emas dan berlian serta benda berharga lainnya yang juga
telah mendapatkan kebenaran untuk diperdulikan manusia, tidak dapat
melakukan hal yang serupa itu.
Demikianlah kita telah menemukan ironi, bahwa ternyata Liberalisme ialah
dasar berpijak bagi penindasan manusia diantara manusia, disini kita
dapat menemukan pelantunan, dimana dari Liberalisme bergerak menuju
Kapitalisme, & selanjutnya dari Kapitalisme bergerak menuju
Liberalisme yang baru, suatu pergerakan yang ditimbulkan oleh adanya
hukum alam yang saya sebut sebagai Dialektika Reaksi.
Dialektika Reaksi adalah perubahan reaksi menjadi aksi yang baru,
Kapitalisme timbul dari kehidupan masyarakat purba, dimana
ketergantungan manusia pada sesama manusia relative sangatlah rendah,
karena manusia pada awalnya adalah mahluk bebas yang hanya memiliki
ketergantungan pada alam sekitarnya, sebab itu agar manusia dapat
memanipulasi dan mengexploitasi manusia lainnya, maka manusia manusia
Borjuis mengadakan perbudakan sesama manusia, serta klaim klaim hak
milik yang berlebihan, melalui Undang undang untuk mempersempit bahkan
menghilangkan kebebasan manusia lainnya, demikianlah kaum proletar telah
dilahirkan dari sejarah peradaban manusia.
Menuju Kenyataan
Maka kepada pejuang pejuang rakyat jelata dimanapun kalian semua berada,
saya sampaikan, marilah kita jadikan semangat solidaritas sebagai dasar
berpijak yang mempersatukan kaum proletar dan kita semua, karena
solidaritas adalah roh bagi segala bentuk perjuangan rakyat jelata
disepanjang zaman, jadikanlah diri kita Pejuang Solidaritas Raya, karena
untuk solidaritas yang seluas-luasnya kita harus benar benar berjuang
dari dalam diri kita sendiri hingga keperluasan dimana kita semua
berada.
Agar kita dapat saling merendahkan diri, karena hanya dengan saling
merendahkan diri kita dapat saling menerima setiap diri diantara kita,
hingga kita semua dapat berpegangan erat dalam jumlah yang tak
terbayangkan, diantara seluruh buruh miskin dan pengangguran, pedagang
liar dan gelandangan, persatuan kita adalah harapan, maka terimalah yang
memimpin dan terimalah juga yang dipimpin agar kita menjadi satu
kesatuan yang nyata, seperti rantai baja atau apa saja yang jaya
perkasa, maka itu tidak perlu bagi kita untuk membesar besarkan asumsi
marx, bahwa agama adalah candu, karena bahkan menurut saya agama adalah
Heroin, heroin memang bisa membuat manusia terlena dalam khayalan, tapi
heroin ialah juga alat bantu medis yang bisa menghilangkan rasa sakit
dan penderitaan, maka heroin seperti halnya agama sebenarnya tergantung
bagaimana dan untuk apa kita menggunakannya.
Dengan menelusuri alur Dialektika Reaksi, kita akan dapat menganalisa
berbagai hal baik dengan penelusuran kedepan maupun penelusuran
kebelakang dan kita dapat menemukan suatu keberadaan tanpa perlu kita
melihatnya, bahkan sesuatu hal yang dianggap tidak ada, bisa jadi bukan
karena benar tidak ada, tapi karena kita tidak tahu, demikianlah
Dialektika Reaksi telah memperkaya ruang lingkup materialisme.
Dimana dengan mengikuti alur Dialektika Reaksi, maka Daya Nalar manusia
dapat menjadi Indra keenam, sebagai sumber ilmu pengetahuan bagi manusia
yang melengkapi lima sumber ilmu pengetahuan yang telah dimiliki
manusia secara alamiah, yaitu Indra Pengelihatan, Indra Perasa, Indra
Pendengaran, Indra Pengecapan dan Indra Penciuman, dari paparan diatas
maka kita telah dapat menemukan kesimpulan, bahwa ruang
lingkup materialisme tidak terlepas dari hukum relativitas, karena ruang
lingkup materialisme ternyata sangat bergantung pada seberapa besar
kemampuan serta kelengkapan Indra yang dimiliki manusia.
Kaum borjuis adalah kaum penindas, dan kaum proletar adalah kaum
tertindas, berbeda dengan kapitalis yang merupakan pemilik modal,
walaupun tidak selalu mutlak kapitalis adalah borjuis dan sebaliknya,
namun “keadaan social” seorang kapitalis membuat dirinya cendrung
memiliki “kesadaran social” sebagai borjuis, karena dengan modal berupa
uang seorang kapitalis bisa mendapatkan kekuasaan untuk menindas,
kekuasaan untuk menindas bisa digunakan untuk mendapatkan uang yang
lebih banyak dan begitu seterusnya, hingga dengan demikian seorang
kapitalis telah menemukan kesadarannya sebagai seorang borjuis.
Kehidupan ini cendrung dinamis, dimana seorang proletar suatu saat nanti
bisa saja menjadi seorang borjuis, karena seorang borjuis bisa juga
menjadi seorang proletar, bahkan dalam jumlah yang cendrung jauh lebih
banyak lagi dari pada jumlah proletar yang menjadi borjuis, karena
dialam Liberalisme, kota-kota dan desa-desa telah menjadi Kollosium,
yaitu arena pertarungan bebas, dimana tiap kemenangan seseorang berdiri
diatas kekalahan orang banyak, seperti halnya kesejahteraan seseorang
juga berdiri diatas kemiskinan orang banyak, dibawah mekanisme pasar
dimana dendam dan keserakahan telah menarik masyarakat secara paksa
kedalam kerangka piramida daya beli, dimana seleksi ilmiah
liberalistik yang tanpa belas kasihan terjadi.
Hal yang benar benar harus diperhatikan adalah bahwa, kerangka piramida
daya beli tersebut terdiri dari berbagai tingkatan, dan pada setiap
tingkatan kerangka piramida daya beli itu terdapat ruang hidup kelas
sosial, dimana penghuninya senantiasa mengalami tekanan akibat
pertumbuhan populasinya, adapun pertumbuhan populasi dalam setiap ruang
hidup kelas sosial disebabkan oleh dua faktor utama,
yaitu faktor perkembangan kelahiran dan faktor perkembangan imigrasi,
sehingga siapapun yang lemah diantara penghuni ruang hidup kelas sosial
tersebut, akan terdesak keluar dari ruang hidup kelas sosialnya
dan terjatuh kedalam ruang hidup sosial yang lebih rendah tingkatannya.
Masyarakat didalam suatu negara liberalis, dalam berbagai bentuk dan
alirannya, senantiasa tersusun dalam kerangka piramida daya beli,
sehingga masing masing negara liberalis itu memiliki satu kerangka
piramida daya beli sebagai ruang hidup kelas sosial bagi masyarakat
didalam negaranya, negara neo liberalis seperti halnya negara
imperialis, senantiasa berupaya mengintegrasi kerangka piramida daya
beli didalam negaranya dengan kerangka piramida daya beli yang ada
didalam negara lain, hingga menjadi satu kesatuan yang utuh melalui
praktek praktek globalisasi, sehingga karena itu kita telah dapat
menyaksikan, bagaimana kesejahteraan masyarakat disuatu negara, juga
berdiri diatas kemiskinan masyarakat dinegara lain, dan karenanya
pertentangan kelas sosial didalam negara, akan tidak terhindarkan lagi
untuk berkembang menjadi pertentangan kelas sosial antar negara.
Maka dari itu, kepada seluruh Pejuang Solidaritas Raya dimanapun kalian
semua berada saya sampaikan, jangan biarkan batas negara, perbedaan suku
bangsa, perbedaan ras dan perbedaan agama, membatasi perkembangan
stelsel Pejuang Solidaritas Raya, seorang neo komunis sejati, sebenarnya
adalah orang yang hidup didalam komune, adalah benar bahwa setiap
komune adalah komunitas, tetapi setiap komunitas bukanlah berarti
komune, karena komune adalah komunitas yang solid atau
kompak, integrated atau satu kesatuan dan permanen atau tanpa batas
waktu, dimana setiap orang didalam komune saling terikat dan terkait
satu dengan lainnya, bukanlah upah dan bukanlah hobby yang membuat
setiap orang didalam komune saling terikat dan terkait satu dengan
lainnya, dan juga bukan solidaritas sempit atau solidaritas
exclusive, melainkan adalah "Solidaritas Raya", sebagai Solidaritas yang
seluas luasnya, tidak hanya untuk menjamin kebenaran 100%, tetapi juga
karena komunitas yang permanen membutuhkan solidaritas yang permanen
juga sebagai perekat dan dasar berpijaknya.
Untuk dapat membentuk solidaritas permanen, maka solidaritas itu
tentunya haruslah menjadi solidaritas yang seluas luasnya, karena
manusia sebagai dasar berpijak solidaritas itu sendiri bersifat dinamis
dan relatif, sehingga dengan solidaritas yang seluas luasnya, aksi
solidaritas tidaklah bergantung pada satu atau beberapa manusia saja,
tetapi bergantung pada sebanyak banyaknya manusia, agar bila ada yang
"tenggelam" maka diharapkan adapula yang "timbul", maka dengan demikian
aksi solidaritas dapat menjadi aksi solidaritas permanen sebagai dasar
berpijak dan perekat bagi terbentuknya komunitas permanen tersebut.
Didalam komune setiap orang tidak hanya dituntut untuk bertanggung jawab
pada dirinya sendiri, tetapi juga dituntut untuk saling bertanggung
jawab satu dengan lainnya, dimana upline sebagai pembina solidaritas
harus bertanggung jawab atas semua downline sebagai anggotanya, dan
begitu pula sebaliknya, semua anggota solidaritas juga harus bertanggung
jawab kepada pembina solidaritasnya, tentu tanggung jawab yang saya
maksudkan disini, dalam konteks pembina solidaritas dengan anggotanya
dan sebaliknya, tidak lain adalah tanggung jawab kemanusiaan dan
tanggung jawab solidaritas bersama, dengan mengembangkan jaringan kerja
sama yang sebisa mungkin tidak hanya memperjuangkan semua kepentingan
umum individu didalam komune, tapi juga melibatkan semua pembina
solidaritas berserta anggotanya, demikianlah komune sebagai keluarga
instan hidup dan berkembang, untuk saling memberikan kesetiaan dan
keperdulian.
Dan karenanya, tidak perlu bagi kita untuk menempatkan revolusi sosial
sebagai satu satunya cara untuk menyelesaikan persoalan persoalan
mendesak kita, dan karena itupula kita tidak perlu tergesa gesa apalagi
membabi buta untuk mengadakan revolusi, karena walaupun revolusi itu
adalah perubahan yang secepat cepatnya dan sebesar besarnya, tetapi
persiapan revolusi itu sendiri tetaplah sangat panjang dan melelahkan,
maka tanpa perlu menunggu revolusi itu terlebih dahulu terjadi, tetaplah
berikan yang terbaik bagi orang orang yang kita sayangi, karena apabila
ruang hidup komune terus berkembang hingga menjadi masyarakat umum,
maka revolusi itu tentu akan terjadi dengan sendirinya tanpa terkecuali.
Komune didalam negara, tidak lain adalah seperti koloni semut merah di
hutan rimba raya, dan bagaimanapun lemah dan kecilnya seekor semut
merah, ternyata mereka tidak hanya telah mampu untuk bertahan, tetapi
juga telah mampu untuk terus menerus berkembang dibawah hukum seleksi
alam yang teramat kejam, bahkan bila semut itu sebesar manusia, pastilah
mereka telah berhasil menguasai dunia.
Ingatlah, bahwa setiap manusia borjuis dalam berbagai bentuk rupanya,
bukan hanya telah menjadikan dirinya tiang serta pondasi bagi
Liberalisme, tetapi juga "penderita sakit jiwa", dimana mereka melihat
dirinya jauh lebih berharga dari kenyataannya, sehingga karena itu untuk
dapat senantiasa menutupi kenyataan dan meyakinkan dirinya, setiap
manusia borjuis harus merendahkan harga diri manusia lainnya, agar ia
dapat senantiasa melihat harga dirinya memang jelas lebih tinggi dari
manusia lainnya.
Maka tidak dapat diingkari lagi, bahwa setiap manusia borjuis adalah
lawan yang nyata bagi semua harapan dan setiap usaha kita semua, tidak
hanya dalam mencapai kesejahteraan, tetapi juga dalam setiap usaha kita
semua untuk mengembangkan dan mempertahankan kesejahteraan itu tetap
meluas seluas luasnya diantara masyarakat umum, melalui segala bentuk
mekanisasi untuk mencapai kepastian dan peluang yang kita harapkan
bersama.
Kapitalisme Negara
Apa yang salah dari Marxisme-Leninisme ? Marxismenyakah ? atau
Leninismenya ? jelas Lenin yang telah membagi-bagikan tanah pertanian
bekas borjuis kepada petani, tapi kemudian menghadapi pemberontakan
petani,hingga lenin melakukan New Economic Policy (NEP), yaitu kebijakan
untuk memberi ruang hidup bagi kapitalistik.
Mengapa hal itu sampai terjadi ? Lenin memaksakan kehendak pada petani
dengan membayar hasil panen dengan harga murah, tanpa memikirkan berapa
hutang & bunga rentenir yang telah ditanggung petani jauh sebelum
panen terjadi, tapi Stalin menyelamatkan Marxisme-Leninisme dari
kegagalan, dengan mengambil alih tanah pertanian tsb dan mempekerjakan
petani dalam Pertanian Kolektive dengan Gaji serta bonus yang cukup
memuaskan bagi masyarakat USSR pada saat itu, sehingga mengantarkan USSR
pada Stabilisasi.
.
Dari sejarah kita tersadar bahwa kesalahan fatal terletak pada Leninisme
dimana USSR tidak pernah mencapai titik klimaks dari apa yang
diinginkan oleh marx dalam Manifesto Komunis hingga kehancurannya,
Manifesto Komunist adalah uraian thesis karl marx untuk mencapai keadaan
dimana setiap orang bekerja sesuai dengan kemampuannya dan mendapatkan
hasil sesuai dgn kebutuhannya.
Model Ekonomi USSR mirip model Ekonomi Indonesia sebelum akhir tahun
1990-an, dimana banyak sekali BUMN atau Perusahaan Milik Negara dengan
dominasinya yang sangat kuat, tetapi tidak memiliki kesatuan kesadaran
dan tidak memiliki kesatuan tindakan, suatu model ekonomi yang tidak
mampu menyelamatkan kaum Proletar dari kemiskinan dan penderitaan.
Keberhasilan Revolusi Bolshevik tidak lain merupakan hasil dari tindakan
Lenin yang memanfaatkan keresahan Militer dan Rakyat rusia dalam Perang
Dunia Pertama untuk menjatuhkan Rezim Tsar agar rusia segera
mengundurkan diri dari Perang Dunia Pertama yang tidak memberikan
keuntungan bagi rusia, dan memanfaatkan kelemahan pemerintahan Karensky
yang belum cukup waktu untuk melakukan konsolidasi menyeluruh di rusia,
dengan Kudeta tidak berdarah, dimana Milisi Bolshevik berhasil mengepung
Kantor Pusat Pemerintahan Rusia, dimana Karensky berada dan menyerah
saat itu juga tanpa perlawanan.
Suatu hal yang tidak terbayangkan sebelumnya adalah, bahwa pemerintahan
negara yang berdasarkan pada Marxisme - Leninisme, suatu Mazhab yang
lebih unggul dari Mazhab Marxisme lainnya sebelum abad ke 21, ternyata
tidak punya pilihan lain, kecuali berlama lama didalam tahapan
masyarakat sosialis, bukan karena mereka terlalu asyik menyiapkan ancang
ancang untuk lompatan jauh kedepan menuju tahapan masyarakat komunis,
tetapi "kebingungan" didalam mencari panduan teknis untuk mencapai
tahapan berikutnya
Hal itu terjadi bukan hanya karena mereka telah menjadi Birokrat Borjuis
dalam pemerintahan komunis, tetapi juga dikarenakan Lenin, Stalin,
Trotsky dan Mao, bahkan Marx dan Engels tidak pernah menemukan "Jalan
Tembus" menuju Kesejahteraan Umum, sebagai visi klimaks dalam Manifesto
Komunis yang pertama, seperti yang saya tawarkan dalam Manifesto Komunis
kedua ini.
Suatu hal yang harus pertama kali disadari adalah, bahwa didalam
Manifesto Komunis II ini sama sekali tidak memberikan tempat bagi thesis
Karl Marx tentang "Das Kapital" dalam artian yang permanen, bahwa
Manifesto Komunis II ini tidak hanya memuat thesis thesis baru, tetapi
juga Anti Thesis Karl Marx dan Lenin, yang menjadi dasar berpijak ilmiah
bagi Neo Komunisme sebagai sintesisnya, suatu Komunisme Terbaru yang
tidak hanya membedakan dirinya dengan Komunisme yang tumbuh dan
berkembang pertama kalinya, tetapi juga mampu membedakan dirinya dengan
Neo Komunisme Utopis, yang tidak lain hanyalah Komunisme Gaya Baru.
Dibawah Neo Komunisme kemampuan Negara menjadi sangat Luar Biasa, tidak
hanya mampu memelihara anak anak yatim piatu dan orang orang jompo serta
pasien pasien yang harus mendapatkan perawatan permanen, tetapi juga
melakukan industrialisasi raksasa yang mampu merekayasa persediaan bagi
segala kebutuhan konsumsi dan produksi masyarakat umum.
Neo Komunisme mengakhiri semua pertentangan antara Manusia sebagai
Angkatan Kerja dengan segala bentuk mesin otomatis sebagai alat produksi
maupun alat akomodasi, sehingga kita dan generasi dimasa depan akan
menyaksikan bagaimana teknologi tekhnologi mutakhir dipersembahkan bagi
setiap orang tanpa perlu lagi menghitung hitung untung atau rugi, dimana
Robotisasi akan mencapai eskalasi yang tak terbayangkan untuk berbagai
peran yang seluas mungkin, sebagai hamba hamba sahaya tak bernyawa yang
dipersembahkan secara massal bukan hanya untuk melayani setiap manusia,
tetapi juga mengantarkan seluruh umat manusia pada peradaban yang luar
biasa.
Dibawah Neo Komunisme dimana Rekayasa Sosial Menuju Kesejahteraan Umum
terjadi dengan mengaktivasi segala bentuk mekanisasi sosial untuk
mencapai persentase kepastian yang setinggi tingginya, tidaklah membuat
masyarakat seperti rangkaian mesin, didalam Negara Neo Komunis terdapat
Direktorat Jendral Entertainment yang membawahi Klub Klub Hobby , yang
para anggotanya dapat berasal dari luar Direktorat Jendral Entertainment
itu sendiri, dimana semua kebutuhan phisikologis dan biologis manusia
diakomodir dengan sebaik baiknya tanpa terkecuali, berdasarkan pengakuan
mutlak atas hak azasi manusia yang telah menjadi dasar berpijak
perjuangan ini.
Solidaritas Permanen
Bila setiap kesatuan kerja bekerja bagi semua kesatuan kerja, dan semua
kesatuan kerja bekerja bagi setiap kesatuan kerja, maka Manifesto
Komunis dapat dicapai, tetapi ini hanyalah prinsip kerja yang saya
rancang untuk mencapai Manifesto Komunis, serta masih memerlukan teknis
pelaksanaan dengan melibatkan negara sebagai instrumen pokok untuk
memobilisasi kelas pekerja pada kesatuan kesatuan kerja, dan setelah
pemerintah mengumpulkan semua daftar kebutuhan pekerja beserta kesatuan
kerjanya untuk kemudian mengklasifikasikannya, maka pemerintah atas
dasar data tersebut memberikan target prestasi kepada kesatuan kesatuan
kerja, yang harus dijawab oleh kesatuan kerja dengan jaminan prestasi.
Adapun jaminan prestasi tsb menjadi dasar diterbitkannya voucher sebagai
alat tukar yang berlaku umum, sedang mata uang hanya beredar antar bank
saja, hal itu disebabkan mata uang bukan hanya sulit dikendalikan dalam
rekayasa sosial menuju kesejahteraan umum, tetapi lebih dari itu mata
uang adalah juga dasar pokok kapitalistik sebagai dasar sosial.
Bagaimana hubungan mata uang dengan voucher sebagai sesama alat tukar
resmi ? Voucher adalah alat tukar resmi yang mulai efektif berlaku
setelah mendapat stempel masa berlaku yang dicetak oleh teller bank baik
manual ataupun otomatis melalui mesin khusus yang juga terpasang
dimesin ATM atau mesin Anjungan Tunai Mandiri ( Automatic Cash ).
Seperti halnya mata uang, voucher juga memiliki nilai nominal dan
diterbitkan berdasarkan jaminan jaminan prestasi dari kesatuan kesatuan
kerja yang diterima Sekretariat Jendral Dewan Konsolidasi Pusat atau
DEKON Pusat sebagai Lembaga Tertinggi Negara.
Masa berlaku voucher yang ideal ialah 2 bulan ( 60 hari ) saja dan dapat
disimpan dibank komersial, bank komersial dapat menyerahkan voucher
tersebut ke bank sentral untuk ditukar dengan mata uang, sehingga bank
komersial dapat terhindar dari masa kadaluarsa atau expired voucher
yang dimilikinya, dan untuk itupula bank sentral memberikan masa tengang
1 bulan ( 30 hari lagi ) dari tanggal expired voucher yang dimiliki
bank komersial, untuk mengantisipasi adanya penarikan dana dari bank
komersial oleh nasabahnya, maka bank komersial dengan mata uang dapat
membeli voucher yang belum mendapatkan masa berlaku ( blank ) dari bank
sentral, untuk stok dana dibrankas bank maupun dimesin ATM.
Dibawah Sekretariat Jendral Dewan Konsolidasi terdapat divisi divisi
unit usaha yang merupakan gabungan dari beberapa unit kesatuan kerja
yang berbeda beda, setiap divisi unit usaha memiliki Dewan Komisariat
yang terdiri dari perwakilan perwakilan kesatuan kerja atau Direktorat
Jendral Profesi , untuk bisa memastikan bahwa jaminan prestasi setiap
Direktorat Jendral Profesi yang telah diserahkan kepada Sekretariat
Jendral DEKON benar benar dilaksanakan tanpa terkecuali, dari hal
tersebut kita bisa membayangkan, bahwa setiap orang tanpa memandang
latar belakang pendidikan dan jabatannya, mendapat jaminan prestasi dari
semua kesatuan kerja termasuk kesatuan kerja dimana ia dan keluarganya
berada, suatu gambaran ilmiah tentang kesejahteraan umum, sebagai hasil
rekayasa solidaritas organic yang menjadi jalan tembus untuk langsung
memasuki tahapan masyarakat neo komunis tanpa perlu memasuki tahapan
masyarakat sosialis terlebih dahulu.
Tahapan masyarakat Neo Komunis adalah suatu pencapaian peradaban yang
lebih tinggi dari tahapan masyarakat komunis, dimana dalam tahapan
masyarakat Neo Komunis, setiap orang bekerja sesuai kemampuannya dan
mendapatkan hasil lebih dari kebutuhannya.
Kediktaktoran proletar saat ini telah bisa diwujudkan, dengan banyaknya
proletar terdidik melalui stelsel proletar yang berdisiplin baja dan
bermental baja, sehingga tidak memerlukan lagi kediktaktoran partai
komunis, dimana buruh berserta kepentingannya hanya menjadi tunggangan
Politbiro semata, sebagai bentuk kediktaktoran minoritas, dimana Para
Penjilat dan Intelektual Oportunis bahkan Kader Biologis bisa mendapat
tempat untuk meminta minta perhatian atau bahkan juga menuntut untuk
"dikatrol", yaitu mendapat Promosi Instant yang memarjinalisasi para
Kader loyalis, berbeda dengan Kediktaktoran Proletar yang digagas oleh
Karl Marx sebagai bentuk kediktaktoran mayoritas, dimana setiap orang
secara kolektif kolegial didalam stelsel proletar menjadi satu kesatuan
yang tidak terpisahkan didalam Kediktaktoran Proletar itu sendiri, maka
dengan demikian marxisme sebaiknya dapat tegak berdiri tanpa leninisme.
Revolusi tidak sama dengan kudeta, kudeta hanya merebut kekuasaan secara
paksa sedangkan revolusi adalah perubahan keadaan dalam skala yang
sebesar besarnya dan secepat cepatnya, jadi revolusi tidak hanya bisa
dilakukan dari atas kebawah tetapi juga bisa dilakukan dari bawah
keatas, yang perlu dilakukan adalah dengan terus menerus membentuk
stelsel dan mengklasifikasikan anggota stelsel berdasarkan pendidikan
dan pengalaman kerjanya untuk ditempatkan pada masing masing direktorat
jendral profesi serta melakukan Aksi Solidaritas Permanen dengan
membentuk posko posko solidaritas diberbagai pemukiman.
Stelsel harus dibentuk berdasarkan keteraturan dan kedisiplinan, stelsel
terdiri dari Upline yang menjadi Pembina solidaritas serta Downline
yang mejadi anggota solidaritas, model stelsel harus memiliki formasi
akar downline yang teratur rapih, pada tiap tingkatan kepengurusan
stelsel, maka upline tertinggi menjadi Pembina umum, dan menjabat
sebagai ketua presidium atas dewan konsolidasi, sedangkan downline yang
berada satu tingkat dibawah upline tertinggi itu menjabat sebagai
anggota presidium tersebut, yang secara kolektive kollegial memimpin
lembaga dewan konsolidasi yang terdiri dari sekretariat jendral dan
departemen departemen serta birokrasi yang berada dibawahnya.
Hal yang harus sungguh sungguh diperhatikan, dan seharusnya menjadi
pertanyaan penting adalah, mengapa stelsel ditempatkan sebagai formasi
pokok kepemimpinan ?, tidak lain jawabannya adalah, kemampuan manusia
untuk memberikan perhatian yang intensif kepada sesama manusia sangatlah
terbatas, saya meyakini bahwa setiap manusia memiliki tingkat kemampuan
yang berbeda beda untuk dapat memberikan perhatian yang intensif kepada
sesama manusia, tapi secara empirik saya meyakini bahwa sangat sedikit
sekali manusia yang dapat memberikan perhatian yang intensif kepada 20
orang sekaligus, umumnya hanya berkisar antara 12 s/d 15 orang saja, hal
inilah menjadi dasar pertimbangan untuk mengunakan sistem stelsel
sebagai formasi pokok kepemimpinan.
Setelah kita mengetahui dasar pertimbangan untuk mengunakan sistem
stelsel sebagai formasi pokok kepempimpinan, maka pertanyaan selanjutnya
adalah, berapa jumlah akar downline yang seharusnya ? akar downline
yang seharusnya dan sangat mungkin untuk layak diterapkan bagi
setiap orang yang menjadi upline adalah 6 orang downline saja, karena
bukan hanya tidak terlalu banyak, tapi juga tidak terlalu
sedikit, kenapa tidak 12 s/d 15 orang downline saja untuk pencapaian
yang optimal ?, hal yang harus kita fahami adalah bila formasi akar
downline berjumlah 12 s/d 15 orang, maka dikhawatirkan upline sebagai
pembina solidaritas, menjadi tidak optimal dalam melakukan pembinaan dan
evaluasi terhadap anggotanya, hal ini tentunya dapat dimaklumi, karena
setiap pembina solidaritas, bukan hanya memiliki keperluan lain yang
harus dilakukannya, tapi juga memiliki kehidupan pribadi yang harus
dijaganya.
Basis Dewan Konsolidasi ( DEKON ) ditingkat terendah adalah UNSTRUM atau
Unit Strategis Umum, adapun setiap Pembina solidaritas yang telah
berhasil membentuk dan menyelenggarakan Posko Solidaritas dengan
kepengurusan yang berbasis kepada downline downlinenya, maka berhak
menjabat sebagai Kepala UNSTRUM yang mendapatkan tempat di Dewan
Konsolidasi ( DEKON ) tingkat terendah untuk mewakili Unit Strategis
Umum yang dipimpinnya.
Adapun dalam jangka panjang Posko Solidaritas diharapkan dapat berfungsi
sebagai Reaktor Pembangkit Tenaga Solidaritas Rakyat Semesta, suatu
Reaktor Solidaritas Organik yang menumbuh kembangkan reaksi solidaritas
berantai hingga menjadi dasar berpijak bagi adanya aksi Solidaritas
Permanen yang mengakomodasikan semua Ide, Dana dan Tenaga atau IDT
dengan berlandaskan konsep yang saya sebut sebagai Dialektika Reaksi.
Dialektika Reaksi adalah perubahan reaksi menjadi aksi yang baru, tentu
kita sudah mengenal istilah Reaksi Berantai, tetapi konsep Dialektika
Reaksi yang saya maksud adalah hasil analisa saya yang berfokus pada
bagaimana perubahan Reaksi menjadi aksi yang baru dapat ditimbulkan,
Reaksi benda dapat berubah menjadi Aksi ketika Reaksi benda tersebut
mengena / berdampak pada benda lain, adapun Reaksi dari suatu benda
dapat terjadi dengan memanfaatkan watak / sifat benda serta kemampuan
dan keadaan benda tersebut.
Dialektika Reaksi terbagi dalam dua kategori umum, yaitu dialektika
reaksi ilmiah dan dialektika reaksi alamiah, dialektika reaksi ilmiah
adalah perubahan reaksi yang ditimbulkan secara sengaja oleh manusia,
sedangkan dialektika reaksi alamiah adalah perubahan reaksi yang tidak
ditimbulkan oleh manusia baik secara sengaja maupun tidak sengaja, maka
dengan demikian tidak dapat diingkari, bahwa Dialektika Reaksi adalah
dasar berpijak bagi Dialektika Materialisme dan segala bentuk Mekanisme.
Strategi Revolusi
Direktorat Jendral Profesi adalah kesatuan kerja yang mengelola Sumber
Daya Manusia para anggotanya dan karenanya masing masing Direktorat
Jendral Profesi memiliki Training Center, untuk mengaktivasi setiap
Direktorat Jendral Profesi ini harus dibentuk KOPERASI yang persyaratan
keanggotaannya adalah harus menjadi anggota stelsel terlebih dahulu
sebagai dasar keanggotaan KOPERASI tersebut.
KOPERASI proletar bahkan ultraproletar tidak bisa disamakan dengan
KOPERASI borjuis, baik borjuis besar maupun borjuis kecil didalam teknis
pengumpulan modal KOPERASI, KOPERASI borjuis dapat menagih iuran Pokok,
iuran wajib dan iuran Sukarela kepada anggotanya, sedangkan KOPERASI
proletar tidak dapat melakukan hal serupa itu kepada anggotanya,
sehingga teknis pengumpulan modal KOPERASI adalah dengan mengadakan
Rekening Investasi Bagi Hasil Basis Point serta dari Kas Organisasi
Stelsel Pejuang Solidaritas Raya yang berbasis pada dana Amal
Solidaritas.
Pada setiap tingkat kepengurusan Koperasi Proletar, terdapat Dewan
Komisaris yang terdiri dari jajaran Dewan Konsolidasi yang setingkat dan
sewilayah, adapun Dewan Komisaris Koperasi Proletar bertugas melakukan
fungsi pengawasan serta mengadakan pemilihan kepengurusan Koperasi
Proletar ditingkat wilayahnya, dan masa bakti kepengurusan Koperasi
tidak ditentukan batasnya, dan dapat diganti melalui Pemilihan Umum yang
diadakan Dewan Komisaris ditingkat wilayahnya setelah Dewan Komisaris
tersebut menerima Mosi Tidak Percaya Minimal dari 50% lebih anggota yang
berada dibawah tingkat kepengurusan Koperasi tersebut.
Karena Koperasi Proletar adalah dari dan bagi Pejuang Solidaritas Raya,
maka Integritas Koperasi Proletar dengan Organisasi Stelsel Pejuang
Solidaritas Raya harus terjaga secara utuh ( solid ) tanpa terkecuali,
maka dari itupula pemegang kas Pejuang Solidaritas Raya dan pemegang kas
Koperasi Proletar tidak boleh dipisahkan, serta apa apa saja yang
berlaku didalam Organisasi Stelsel Pejuang Solidaritas Raya, haruslah
berlaku dalam Koperasi Proletar secara mutlak, modal awal Koperasi
Proletar bersumber dari kas Organisasi Stelsel Pejuang Solidaritas Raya,
atau lebih ringkasnya ialah Organisasi Pejuang Solidaritas Raya atau
PSR, maka sebagian keuntungan bersih ( profit netto ) Koperasi Proletar
wajib disetor pada kas PSR guna m