Bung Karno dan komunis. Ini adalah topik klasik. Terlebih, penggulingan
Bung Karno melalui Tap MPR XXX/1967 diartikan sebagai keterlibatan Bung
Karno, langsung atau tidak langsung terhadap tragedi G-30-S. Singkat
kata, hingga akhir hayatnya, ada upaya nyata untuk melekatkan stigma
komunis kepada Sang Proklamator. Semua upaya tadi, bahkan menabrak
logika ketatanegaraan, menafikan fakta-fakta yang ada.
Nah, salah satu hal yang sering dikaitkan sebagai “bukti” Sukarno
–setidaknya– pro komunis adalah penciptaan istilah Poros Jakarta –
Peking. Tanpa mengkaji latar belakangnya, tanpa menelisik asal-usul,
tanpa menganalisa pertimbangan ke depan, spontan saja poros Jakarta –
Peking diterjemahkan sebagai upaya menggelindingkan bangsa ini lebih pro
terhadap komunis.
Belum lagi pertemuan yang intensif antara Bung Karno dan Perdana Menteri
RRC, Chou Enlai. Pertemuan di Beijing (dulu bernama Peking), Jakarta,
Bali, di Beograd dan di dalam kesempatan lain di luar negeri,
lebih-lebih memperlihatkan betapa “mesra” hubungan Bung Karno dan Chou
Enlai. Bahkan ada yang membaca sebagai “hubungan spesial” Indonesia-
Cina.
Apa gerangan yang mengakibatkan Bung Karno begitu dekat dengan Presiden
Mao Zedong dan/atau PM Chou Enlai? Kedekatan ini khususnya sejak tahun
1960-an. Sebeb, periode sebelum dekat dengan Cina, dunia pun mengetahui
kalau Bung Karno dekat dengan Kruschev, atau bisa dibaca sebagai
Indonesia dekat dengan Uni Soviet.
Tak bisa dipungkiri, gerakan itu sangat tidak disukai Amerika Serikat (dan sekutunya), bahkan juga tidak disukai oleh Uni Soviet. Amerika dan sekutu kapitalisnya sangat keberatan negara-negara baru ini lepas dari cengkeraman mereka. Sebaliknya, Uni Soviet yang menempatkan diri sebagai pusat komunisme internasional (komintern) sangat tidak senang posisi itu kemudian seperti diambil-alih oleh Cina.
Inilah yang nanti berujung pada konspirasi internasional sehingga meletus G-30-S. Inilah sebuah potret dan tinjauan dari kacamata internasional terhadap upaya pendongkelan Sukarno dan proyek CONEFO-nya. (roso daras)
Sumber : http://rosodaras.wordpress.com