Latar Belakang
Dalam sosial ekonomi yang semakin maju, dimana qualitas kemandirian
individu individu semakin tumbuh dan berkembang secara massal,
mengakibatkan persaingan hidup juga semakin keras dan semakin meluas,
sekeras-kerasnya dan seluas-luasnya sehingga harga semakin naik
setinggi-tingginya, tapi keuntungan semakin turun serendah-rendahnya,
hal ini tidak hanya mengakibatkan pertentangan klasik antara Buruh
dengan Majikannya, tapi juga pertentangan global antara Buruh disuatu
sektor dengan Buruh disektor lainnya.
Dua pertentangan tersebut, tidak lain hanya akan menjerumuskan kita semua kedalam jurang kerugian dan tragedi kemanusiaan secara massal, tentu ini hanyalah seleksi alamiah yang bukan tanpa ada akhirnya, karena ketika jumlah pesaing dan tingkat qualitas kemandirian individu secara umum drastis berkurang, hingga persaingan semakin melemah dan juga semakin menyempit, maka sosial ekonomi akan kembali pada titik tolak untuk tumbuh dan berkembang kembali, seperti buah kelapa yang terjatuh ke tanah untuk bertunas lagi..
Tapi bagaimanapun juga, kita harus memilih satu pilihan terbaik diantara dua pilihan terberat, yaitu apakah kita memilih untuk senantiasa menyerahkan diri kita kepada apa yang disebut Charles Darwin sebagai seleksi alamiah yang kita rasakan teramat kejam ini, ataukah kita memilih untuk melawannya !.
Seleksi Alamiah yang dikatakan Charles Darwin dalam konteks sosial ekonomi sebenarnya adalah hasil dari persaingan bebas, sebagai Seleksi Ilmiah Liberalistik, dimana tidak pernah ada kemenangan bersama, seperti halnya juga tidak pernah ada kesejahteraan bersama, karena tiap kemenangan seseorang berdiri diatas kekalahan orang banyak, seperti halnya juga tiap kesejahteraan seseorang berdiri diatas kemiskinan orang banyak.
Demikianlah persaingan bebas tidak akan pernah menghasilkan kesejahteraan umum, sehingga kesejahteraan umum itu, tentu tidak akan pernah terjadi didalam masyarakat alamiah, karena itu tidak terbantah lagi bahwa kesejahteraan umum adalah visi yang luar biasa, yang tentu harus dicapai dengan cara yang luar biasa juga, yaitu melalui rekayasa sosial ( social engineering ) sebagai pembangun bagi revolusi sosial yang kita inginkan, dengan kekuatan massa tidak lebih dari 0,01% saja dari total populasi penduduk, para pemimpin aksi anarkis maupun aksi demonstrasi, beserta para pengikutnya tidak akan pernah bisa melakukan revolusi sosial apapun, kecuali menjadi sasaran empuk penguasa dimanapun mereka berada, atau bahkan bisa juga mereka menjadi sasaran pelampiasan dari ketidakpuasan masyarakat umum.
Ruang Hidup
Aktivis aktivis Marxisme-Leninisme saat ini belum bisa menyadari, bahwa taktik dan strategi Komunisme yang berdasarkan Marxisme-Leninisme tidak lagi dapat mengalahkan kekuatan Kapitalis, sejak Kapitalisme berhasil mencapai evolusinya menjadi Liberalisme yang sempurna pada pertengahan Abad ke 20.
Liberalisme berhasil melucuti basis pokok kekuatan Komunis sehingga kita bisa melihat bagaimana Borjuis & Proletar telah menjadi satu sebagai kaum Liberalis, dimana kaum liberalis yang terdiri dari Borjuis dan Proletar dengan sukarela dan antusias menjadi lawan bagi Kaum Komunis.
Hal itu menjadi kritik bagi asumsi Marx untuk menentukan pemetaan kelas social dalam thesisnya Historical Materalisme, yang menjadi dasar berpijak perjuangan kelas social yaitu, keadaan social seseorang menentukan kesadaran socialnya, tapi pada kenyataannya hal itu tidak sepenuhnya terjadi, karena kesadaran social tidak ditentukan oleh keadaan sosialnya, terbukti Marx dan Engels walau jelas memiliki keadaan social yang berbeda, tapi keduanya memiliki kesadaran social yang sama, hal ini saya sebut sebagai kelas social subyektif.
Dari fakta tersebut diatas dapat dikatakan bahwa Kelas Sosial Subyektif memiliki eksistensi dan pengaruh yang lebih kuat, dari pada Kelas Sosial Obyektif yang terbentuk berdasarkan parameter materalistik yang sudah tentu didasarkan oleh obyektifitas yang tidak perlu diragukan lagi.
Apakah yang menyebabkan Kelas Sosial Subyektif memiliki eksistensi yang lebih kuat adalah yaitu, karena pada dasarnya setiap kelas social terbentuk oleh adanya “kesadaran Sosial”, dan “kesadaran” berasal dari dalam diri individu ( manusia ) sehingga “kesadaran” itu sendiri adalah idealistik, yang sudah tentu bertentangan dengan materialistik, hal ini juga menguntungkan Liberalisme karena kesadaran diri manusia terdiri dari hasrat hewani manusia ( zoon politicon ) yang cendrung pada kebebasan pribadi ( individu ) yang seluas luasnya.
Hasrat kebebasan pribadi yang seluas luasnya ( naluri ) adalah dasar berpijak bagi penindasan manusia diantara manusia, mengapa demikian ? tentu kita memahami hal yang seharusnya, bahwa kebebasan seseorang dibatasi oleh kebebasan orang lain, hingga terbentuk kebebasan yang sama bagi setiap orang, namun untuk dapat mencapai kebebasan yang seluas luasnya, manusia harus melakukan penindasan kepada manusia lainnya, bagaimana penindasan manusia diantara manusia yang sebenarnya terjadi ? hakekat penindasan yang sebenarnya terjadi adalah dengan cara mengingkari harga diri manusia lain, karena tidak mungkin hak azasi seorang manusia dapat diakui bila harga dirinya diingkari.
Harga diri adalah nilai berharganya diri manusia, nilai berharganya diri manusia ialah dasar berpijak untuk mendapatkan kebenaran ( Hak ) mutlak ( Azasi ) bagi diri manusia untuk dapat diperdulikan oleh manusia lainnya, Hak Azasi Manusia hanya relevan dibahas dalam hubungan antar manusia, yaitu ketika manusia berhadapan dengan manusia lainnya, Hak Azasi Manusia tidak relevan lagi dibahas dalam hubungan manusia dengan tuhannya atau hewan disekitarnya.
Adalah benar bahwa semua manusia memang berharga, karena manusia adalah benda hidup yang memiliki kenangan dan angan-angan, benda hidup yang pada dasarnya jelas memiliki kemampuan dan kemauan untuk mengerti dan melayani, untuk berbagi dan menyayangi serta untuk berjuang dan berkorban, bahwa emas dan berlian serta benda berharga lainnya yang juga telah mendapatkan kebenaran untuk diperdulikan manusia, tidak dapat melakukan hal yang serupa itu.
Demikianlah kita telah menemukan ironi, bahwa ternyata Liberalisme ialah dasar berpijak bagi penindasan manusia diantara manusia, disini kita dapat menemukan pelantunan, dimana dari Liberalisme bergerak menuju Kapitalisme, & selanjutnya dari Kapitalisme bergerak menuju Liberalisme yang baru, suatu pergerakan yang ditimbulkan oleh adanya hukum alam yang saya sebut sebagai Dialektika Reaksi.
Dialektika Reaksi adalah perubahan reaksi menjadi aksi yang baru, Kapitalisme timbul dari kehidupan masyarakat purba, dimana ketergantungan manusia pada sesama manusia relative sangatlah rendah, karena manusia pada awalnya adalah mahluk bebas yang hanya memiliki ketergantungan pada alam sekitarnya, sebab itu agar manusia dapat memanipulasi dan mengexploitasi manusia lainnya, maka manusia manusia Borjuis mengadakan perbudakan sesama manusia, serta klaim klaim hak milik yang berlebihan, melalui Undang undang untuk mempersempit bahkan menghilangkan kebebasan manusia lainnya, demikianlah kaum proletar telah dilahirkan dari sejarah peradaban manusia.
Menuju Kenyataan
Maka kepada pejuang pejuang rakyat jelata dimanapun kalian semua berada, saya sampaikan, marilah kita jadikan semangat solidaritas sebagai dasar berpijak yang mempersatukan kaum proletar dan kita semua, karena solidaritas adalah roh bagi segala bentuk perjuangan rakyat jelata disepanjang zaman, jadikanlah diri kita Pejuang Solidaritas Raya, karena untuk solidaritas yang seluas-luasnya kita harus benar benar berjuang dari dalam diri kita sendiri hingga keperluasan dimana kita semua berada.
Agar kita dapat saling merendahkan diri, karena hanya dengan saling merendahkan diri kita dapat saling menerima setiap diri diantara kita, hingga kita semua dapat berpegangan erat dalam jumlah yang tak terbayangkan, diantara seluruh buruh miskin dan pengangguran, pedagang liar dan gelandangan, persatuan kita adalah harapan, maka terimalah yang memimpin dan terimalah juga yang dipimpin agar kita menjadi satu kesatuan yang nyata, seperti rantai baja atau apa saja yang jaya perkasa, maka itu tidak perlu bagi kita untuk membesar besarkan asumsi marx, bahwa agama adalah candu, karena bahkan menurut saya agama adalah Heroin, heroin memang bisa membuat manusia terlena dalam khayalan, tapi heroin ialah juga alat bantu medis yang bisa menghilangkan rasa sakit dan penderitaan, maka heroin seperti halnya agama sebenarnya tergantung bagaimana dan untuk apa kita menggunakannya.
Dengan menelusuri alur Dialektika Reaksi, kita akan dapat menganalisa berbagai hal baik dengan penelusuran kedepan maupun penelusuran kebelakang dan kita dapat menemukan suatu keberadaan tanpa perlu kita melihatnya, bahkan sesuatu hal yang dianggap tidak ada, bisa jadi bukan karena benar tidak ada, tapi karena kita tidak tahu, demikianlah Dialektika Reaksi telah memperkaya ruang lingkup materialisme.
Dimana dengan mengikuti alur Dialektika Reaksi, maka Daya Nalar manusia dapat menjadi Indra keenam, sebagai sumber ilmu pengetahuan bagi manusia yang melengkapi lima sumber ilmu pengetahuan yang telah dimiliki manusia secara alamiah, yaitu Indra Pengelihatan, Indra Perasa, Indra Pendengaran, Indra Pengecapan dan Indra Penciuman, dari paparan diatas maka kita telah dapat menemukan kesimpulan, bahwa ruang lingkup materialisme tidak terlepas dari hukum relativitas, karena ruang lingkup materialisme ternyata sangat bergantung pada seberapa besar kemampuan serta kelengkapan Indra yang dimiliki manusia.
Kaum borjuis adalah kaum penindas, dan kaum proletar adalah kaum tertindas, berbeda dengan kapitalis yang merupakan pemilik modal, walaupun tidak selalu mutlak kapitalis adalah borjuis dan sebaliknya, namun “keadaan social” seorang kapitalis membuat dirinya cendrung memiliki “kesadaran social” sebagai borjuis, karena dengan modal berupa uang seorang kapitalis bisa mendapatkan kekuasaan untuk menindas, kekuasaan untuk menindas bisa digunakan untuk mendapatkan uang yang lebih banyak dan begitu seterusnya, hingga dengan demikian seorang kapitalis telah menemukan kesadarannya sebagai seorang borjuis.
Kehidupan ini cendrung dinamis, dimana seorang proletar suatu saat nanti bisa saja menjadi seorang borjuis, karena seorang borjuis bisa juga menjadi seorang proletar, bahkan dalam jumlah yang cendrung jauh lebih banyak lagi dari pada jumlah proletar yang menjadi borjuis, karena dialam Liberalisme, kota-kota dan desa-desa telah menjadi Kollosium, yaitu arena pertarungan bebas, dimana tiap kemenangan seseorang berdiri diatas kekalahan orang banyak, seperti halnya kesejahteraan seseorang juga berdiri diatas kemiskinan orang banyak, dibawah mekanisme pasar dimana dendam dan keserakahan telah menarik masyarakat secara paksa kedalam kerangka piramida daya beli, dimana seleksi ilmiah liberalistik yang tanpa belas kasihan terjadi.
Hal yang benar benar harus diperhatikan adalah bahwa, kerangka piramida daya beli tersebut terdiri dari berbagai tingkatan, dan pada setiap tingkatan kerangka piramida daya beli itu terdapat ruang hidup kelas sosial, dimana penghuninya senantiasa mengalami tekanan akibat pertumbuhan populasinya, adapun pertumbuhan populasi dalam setiap ruang hidup kelas sosial disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor perkembangan kelahiran dan faktor perkembangan imigrasi, sehingga siapapun yang lemah diantara penghuni ruang hidup kelas sosial tersebut, akan terdesak keluar dari ruang hidup kelas sosialnya dan terjatuh kedalam ruang hidup sosial yang lebih rendah tingkatannya.
Masyarakat didalam suatu negara liberalis, dalam berbagai bentuk dan alirannya, senantiasa tersusun dalam kerangka piramida daya beli, sehingga masing masing negara liberalis itu memiliki satu kerangka piramida daya beli sebagai ruang hidup kelas sosial bagi masyarakat didalam negaranya, negara neo liberalis seperti halnya negara imperialis, senantiasa berupaya mengintegrasi kerangka piramida daya beli didalam negaranya dengan kerangka piramida daya beli yang ada didalam negara lain, hingga menjadi satu kesatuan yang utuh melalui praktek praktek globalisasi, sehingga karena itu kita telah dapat menyaksikan, bagaimana kesejahteraan masyarakat disuatu negara, juga berdiri diatas kemiskinan masyarakat dinegara lain, dan karenanya pertentangan kelas sosial didalam negara, akan tidak terhindarkan lagi untuk berkembang menjadi pertentangan kelas sosial antar negara.
Maka dari itu, kepada seluruh Pejuang Solidaritas Raya dimanapun kalian semua berada saya sampaikan, jangan biarkan batas negara, perbedaan suku bangsa, perbedaan ras dan perbedaan agama, membatasi perkembangan stelsel Pejuang Solidaritas Raya, seorang neo komunis sejati, sebenarnya adalah orang yang hidup didalam komune, adalah benar bahwa setiap komune adalah komunitas, tetapi setiap komunitas bukanlah berarti komune, karena komune adalah komunitas yang solid atau kompak, integrated atau satu kesatuan dan permanen atau tanpa batas waktu, dimana setiap orang didalam komune saling terikat dan terkait satu dengan lainnya, bukanlah upah dan bukanlah hobby yang membuat setiap orang didalam komune saling terikat dan terkait satu dengan lainnya, dan juga bukan solidaritas sempit atau solidaritas exclusive, melainkan adalah "Solidaritas Raya", sebagai Solidaritas yang seluas luasnya, tidak hanya untuk menjamin kebenaran 100%, tetapi juga karena komunitas yang permanen membutuhkan solidaritas yang permanen juga sebagai perekat dan dasar berpijaknya.
Untuk dapat membentuk solidaritas permanen, maka solidaritas itu tentunya haruslah menjadi solidaritas yang seluas luasnya, karena manusia sebagai dasar berpijak solidaritas itu sendiri bersifat dinamis dan relatif, sehingga dengan solidaritas yang seluas luasnya, aksi solidaritas tidaklah bergantung pada satu atau beberapa manusia saja, tetapi bergantung pada sebanyak banyaknya manusia, agar bila ada yang "tenggelam" maka diharapkan adapula yang "timbul", maka dengan demikian aksi solidaritas dapat menjadi aksi solidaritas permanen sebagai dasar berpijak dan perekat bagi terbentuknya komunitas permanen tersebut.
Didalam komune setiap orang tidak hanya dituntut untuk bertanggung jawab pada dirinya sendiri, tetapi juga dituntut untuk saling bertanggung jawab satu dengan lainnya, dimana upline sebagai pembina solidaritas harus bertanggung jawab atas semua downline sebagai anggotanya, dan begitu pula sebaliknya, semua anggota solidaritas juga harus bertanggung jawab kepada pembina solidaritasnya, tentu tanggung jawab yang saya maksudkan disini, dalam konteks pembina solidaritas dengan anggotanya dan sebaliknya, tidak lain adalah tanggung jawab kemanusiaan dan tanggung jawab solidaritas bersama, dengan mengembangkan jaringan kerja sama yang sebisa mungkin tidak hanya memperjuangkan semua kepentingan umum individu didalam komune, tapi juga melibatkan semua pembina solidaritas berserta anggotanya, demikianlah komune sebagai keluarga instan hidup dan berkembang, untuk saling memberikan kesetiaan dan keperdulian.
Dan karenanya, tidak perlu bagi kita untuk menempatkan revolusi sosial sebagai satu satunya cara untuk menyelesaikan persoalan persoalan mendesak kita, dan karena itupula kita tidak perlu tergesa gesa apalagi membabi buta untuk mengadakan revolusi, karena walaupun revolusi itu adalah perubahan yang secepat cepatnya dan sebesar besarnya, tetapi persiapan revolusi itu sendiri tetaplah sangat panjang dan melelahkan, maka tanpa perlu menunggu revolusi itu terlebih dahulu terjadi, tetaplah berikan yang terbaik bagi orang orang yang kita sayangi, karena apabila ruang hidup komune terus berkembang hingga menjadi masyarakat umum, maka revolusi itu tentu akan terjadi dengan sendirinya tanpa terkecuali.
Komune didalam negara, tidak lain adalah seperti koloni semut merah di hutan rimba raya, dan bagaimanapun lemah dan kecilnya seekor semut merah, ternyata mereka tidak hanya telah mampu untuk bertahan, tetapi juga telah mampu untuk terus menerus berkembang dibawah hukum seleksi alam yang teramat kejam, bahkan bila semut itu sebesar manusia, pastilah mereka telah berhasil menguasai dunia.
Ingatlah, bahwa setiap manusia borjuis dalam berbagai bentuk rupanya, bukan hanya telah menjadikan dirinya tiang serta pondasi bagi Liberalisme, tetapi juga "penderita sakit jiwa", dimana mereka melihat dirinya jauh lebih berharga dari kenyataannya, sehingga karena itu untuk dapat senantiasa menutupi kenyataan dan meyakinkan dirinya, setiap manusia borjuis harus merendahkan harga diri manusia lainnya, agar ia dapat senantiasa melihat harga dirinya memang jelas lebih tinggi dari manusia lainnya.
Maka tidak dapat diingkari lagi, bahwa setiap manusia borjuis adalah lawan yang nyata bagi semua harapan dan setiap usaha kita semua, tidak hanya dalam mencapai kesejahteraan, tetapi juga dalam setiap usaha kita semua untuk mengembangkan dan mempertahankan kesejahteraan itu tetap meluas seluas luasnya diantara masyarakat umum, melalui segala bentuk mekanisasi untuk mencapai kepastian dan peluang yang kita harapkan bersama.
Kapitalisme Negara
Apa yang salah dari Marxisme-Leninisme ? Marxismenyakah ? atau Leninismenya ? jelas Lenin yang telah membagi-bagikan tanah pertanian bekas borjuis kepada petani, tapi kemudian menghadapi pemberontakan petani,hingga lenin melakukan New Economic Policy (NEP), yaitu kebijakan untuk memberi ruang hidup bagi kapitalistik.
Mengapa hal itu sampai terjadi ? Lenin memaksakan kehendak pada petani dengan membayar hasil panen dengan harga murah, tanpa memikirkan berapa hutang & bunga rentenir yang telah ditanggung petani jauh sebelum panen terjadi, tapi Stalin menyelamatkan Marxisme-Leninisme dari kegagalan, dengan mengambil alih tanah pertanian tsb dan mempekerjakan petani dalam Pertanian Kolektive dengan Gaji serta bonus yang cukup memuaskan bagi masyarakat USSR pada saat itu, sehingga mengantarkan USSR pada Stabilisasi. .
Dari sejarah kita tersadar bahwa kesalahan fatal terletak pada Leninisme dimana USSR tidak pernah mencapai titik klimaks dari apa yang diinginkan oleh marx dalam Manifesto Komunis hingga kehancurannya, Manifesto Komunist adalah uraian thesis karl marx untuk mencapai keadaan dimana setiap orang bekerja sesuai dengan kemampuannya dan mendapatkan hasil sesuai dgn kebutuhannya.
Model Ekonomi USSR mirip model Ekonomi Indonesia sebelum akhir tahun 1990-an, dimana banyak sekali BUMN atau Perusahaan Milik Negara dengan dominasinya yang sangat kuat, tetapi tidak memiliki kesatuan kesadaran dan tidak memiliki kesatuan tindakan, suatu model ekonomi yang tidak mampu menyelamatkan kaum Proletar dari kemiskinan dan penderitaan.
Keberhasilan Revolusi Bolshevik tidak lain merupakan hasil dari tindakan Lenin yang memanfaatkan keresahan Militer dan Rakyat rusia dalam Perang Dunia Pertama untuk menjatuhkan Rezim Tsar agar rusia segera mengundurkan diri dari Perang Dunia Pertama yang tidak memberikan keuntungan bagi rusia, dan memanfaatkan kelemahan pemerintahan Karensky yang belum cukup waktu untuk melakukan konsolidasi menyeluruh di rusia, dengan Kudeta tidak berdarah, dimana Milisi Bolshevik berhasil mengepung Kantor Pusat Pemerintahan Rusia, dimana Karensky berada dan menyerah saat itu juga tanpa perlawanan.
Suatu hal yang tidak terbayangkan sebelumnya adalah, bahwa pemerintahan negara yang berdasarkan pada Marxisme - Leninisme, suatu Mazhab yang lebih unggul dari Mazhab Marxisme lainnya sebelum abad ke 21, ternyata tidak punya pilihan lain, kecuali berlama lama didalam tahapan masyarakat sosialis, bukan karena mereka terlalu asyik menyiapkan ancang ancang untuk lompatan jauh kedepan menuju tahapan masyarakat komunis, tetapi "kebingungan" didalam mencari panduan teknis untuk mencapai tahapan berikutnya
Hal itu terjadi bukan hanya karena mereka telah menjadi Birokrat Borjuis dalam pemerintahan komunis, tetapi juga dikarenakan Lenin, Stalin, Trotsky dan Mao, bahkan Marx dan Engels tidak pernah menemukan "Jalan Tembus" menuju Kesejahteraan Umum, sebagai visi klimaks dalam Manifesto Komunis yang pertama, seperti yang saya tawarkan dalam Manifesto Komunis kedua ini.
Suatu hal yang harus pertama kali disadari adalah, bahwa didalam Manifesto Komunis II ini sama sekali tidak memberikan tempat bagi thesis Karl Marx tentang "Das Kapital" dalam artian yang permanen, bahwa Manifesto Komunis II ini tidak hanya memuat thesis thesis baru, tetapi juga Anti Thesis Karl Marx dan Lenin, yang menjadi dasar berpijak ilmiah bagi Neo Komunisme sebagai sintesisnya, suatu Komunisme Terbaru yang tidak hanya membedakan dirinya dengan Komunisme yang tumbuh dan berkembang pertama kalinya, tetapi juga mampu membedakan dirinya dengan Neo Komunisme Utopis, yang tidak lain hanyalah Komunisme Gaya Baru.
Dibawah Neo Komunisme kemampuan Negara menjadi sangat Luar Biasa, tidak hanya mampu memelihara anak anak yatim piatu dan orang orang jompo serta pasien pasien yang harus mendapatkan perawatan permanen, tetapi juga melakukan industrialisasi raksasa yang mampu merekayasa persediaan bagi segala kebutuhan konsumsi dan produksi masyarakat umum.
Neo Komunisme mengakhiri semua pertentangan antara Manusia sebagai Angkatan Kerja dengan segala bentuk mesin otomatis sebagai alat produksi maupun alat akomodasi, sehingga kita dan generasi dimasa depan akan menyaksikan bagaimana teknologi tekhnologi mutakhir dipersembahkan bagi setiap orang tanpa perlu lagi menghitung hitung untung atau rugi, dimana Robotisasi akan mencapai eskalasi yang tak terbayangkan untuk berbagai peran yang seluas mungkin, sebagai hamba hamba sahaya tak bernyawa yang dipersembahkan secara massal bukan hanya untuk melayani setiap manusia, tetapi juga mengantarkan seluruh umat manusia pada peradaban yang luar biasa.
Dibawah Neo Komunisme dimana Rekayasa Sosial Menuju Kesejahteraan Umum terjadi dengan mengaktivasi segala bentuk mekanisasi sosial untuk mencapai persentase kepastian yang setinggi tingginya, tidaklah membuat masyarakat seperti rangkaian mesin, didalam Negara Neo Komunis terdapat Direktorat Jendral Entertainment yang membawahi Klub Klub Hobby , yang para anggotanya dapat berasal dari luar Direktorat Jendral Entertainment itu sendiri, dimana semua kebutuhan phisikologis dan biologis manusia diakomodir dengan sebaik baiknya tanpa terkecuali, berdasarkan pengakuan mutlak atas hak azasi manusia yang telah menjadi dasar berpijak perjuangan ini.
Solidaritas Permanen
Bila setiap kesatuan kerja bekerja bagi semua kesatuan kerja, dan semua kesatuan kerja bekerja bagi setiap kesatuan kerja, maka Manifesto Komunis dapat dicapai, tetapi ini hanyalah prinsip kerja yang saya rancang untuk mencapai Manifesto Komunis, serta masih memerlukan teknis pelaksanaan dengan melibatkan negara sebagai instrumen pokok untuk memobilisasi kelas pekerja pada kesatuan kesatuan kerja, dan setelah pemerintah mengumpulkan semua daftar kebutuhan pekerja beserta kesatuan kerjanya untuk kemudian mengklasifikasikannya, maka pemerintah atas dasar data tersebut memberikan target prestasi kepada kesatuan kesatuan kerja, yang harus dijawab oleh kesatuan kerja dengan jaminan prestasi.
Adapun jaminan prestasi tsb menjadi dasar diterbitkannya voucher sebagai alat tukar yang berlaku umum, sedang mata uang hanya beredar antar bank saja, hal itu disebabkan mata uang bukan hanya sulit dikendalikan dalam rekayasa sosial menuju kesejahteraan umum, tetapi lebih dari itu mata uang adalah juga dasar pokok kapitalistik sebagai dasar sosial.
Bagaimana hubungan mata uang dengan voucher sebagai sesama alat tukar resmi ? Voucher adalah alat tukar resmi yang mulai efektif berlaku setelah mendapat stempel masa berlaku yang dicetak oleh teller bank baik manual ataupun otomatis melalui mesin khusus yang juga terpasang dimesin ATM atau mesin Anjungan Tunai Mandiri ( Automatic Cash ).
Seperti halnya mata uang, voucher juga memiliki nilai nominal dan diterbitkan berdasarkan jaminan jaminan prestasi dari kesatuan kesatuan kerja yang diterima Sekretariat Jendral Dewan Konsolidasi Pusat atau DEKON Pusat sebagai Lembaga Tertinggi Negara.
Masa berlaku voucher yang ideal ialah 2 bulan ( 60 hari ) saja dan dapat disimpan dibank komersial, bank komersial dapat menyerahkan voucher tersebut ke bank sentral untuk ditukar dengan mata uang, sehingga bank komersial dapat terhindar dari masa kadaluarsa atau expired voucher yang dimilikinya, dan untuk itupula bank sentral memberikan masa tengang 1 bulan ( 30 hari lagi ) dari tanggal expired voucher yang dimiliki bank komersial, untuk mengantisipasi adanya penarikan dana dari bank komersial oleh nasabahnya, maka bank komersial dengan mata uang dapat membeli voucher yang belum mendapatkan masa berlaku ( blank ) dari bank sentral, untuk stok dana dibrankas bank maupun dimesin ATM.
Dibawah Sekretariat Jendral Dewan Konsolidasi terdapat divisi divisi unit usaha yang merupakan gabungan dari beberapa unit kesatuan kerja yang berbeda beda, setiap divisi unit usaha memiliki Dewan Komisariat yang terdiri dari perwakilan perwakilan kesatuan kerja atau Direktorat Jendral Profesi , untuk bisa memastikan bahwa jaminan prestasi setiap Direktorat Jendral Profesi yang telah diserahkan kepada Sekretariat Jendral DEKON benar benar dilaksanakan tanpa terkecuali, dari hal tersebut kita bisa membayangkan, bahwa setiap orang tanpa memandang latar belakang pendidikan dan jabatannya, mendapat jaminan prestasi dari semua kesatuan kerja termasuk kesatuan kerja dimana ia dan keluarganya berada, suatu gambaran ilmiah tentang kesejahteraan umum, sebagai hasil rekayasa solidaritas organic yang menjadi jalan tembus untuk langsung memasuki tahapan masyarakat neo komunis tanpa perlu memasuki tahapan masyarakat sosialis terlebih dahulu.
Tahapan masyarakat Neo Komunis adalah suatu pencapaian peradaban yang lebih tinggi dari tahapan masyarakat komunis, dimana dalam tahapan masyarakat Neo Komunis, setiap orang bekerja sesuai kemampuannya dan mendapatkan hasil lebih dari kebutuhannya.
Kediktaktoran proletar saat ini telah bisa diwujudkan, dengan banyaknya proletar terdidik melalui stelsel proletar yang berdisiplin baja dan bermental baja, sehingga tidak memerlukan lagi kediktaktoran partai komunis, dimana buruh berserta kepentingannya hanya menjadi tunggangan Politbiro semata, sebagai bentuk kediktaktoran minoritas, dimana Para Penjilat dan Intelektual Oportunis bahkan Kader Biologis bisa mendapat tempat untuk meminta minta perhatian atau bahkan juga menuntut untuk "dikatrol", yaitu mendapat Promosi Instant yang memarjinalisasi para Kader loyalis, berbeda dengan Kediktaktoran Proletar yang digagas oleh Karl Marx sebagai bentuk kediktaktoran mayoritas, dimana setiap orang secara kolektif kolegial didalam stelsel proletar menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan didalam Kediktaktoran Proletar itu sendiri, maka dengan demikian marxisme sebaiknya dapat tegak berdiri tanpa leninisme.
Revolusi tidak sama dengan kudeta, kudeta hanya merebut kekuasaan secara paksa sedangkan revolusi adalah perubahan keadaan dalam skala yang sebesar besarnya dan secepat cepatnya, jadi revolusi tidak hanya bisa dilakukan dari atas kebawah tetapi juga bisa dilakukan dari bawah keatas, yang perlu dilakukan adalah dengan terus menerus membentuk stelsel dan mengklasifikasikan anggota stelsel berdasarkan pendidikan dan pengalaman kerjanya untuk ditempatkan pada masing masing direktorat jendral profesi serta melakukan Aksi Solidaritas Permanen dengan membentuk posko posko solidaritas diberbagai pemukiman.
Stelsel harus dibentuk berdasarkan keteraturan dan kedisiplinan, stelsel terdiri dari Upline yang menjadi Pembina solidaritas serta Downline yang mejadi anggota solidaritas, model stelsel harus memiliki formasi akar downline yang teratur rapih, pada tiap tingkatan kepengurusan stelsel, maka upline tertinggi menjadi Pembina umum, dan menjabat sebagai ketua presidium atas dewan konsolidasi, sedangkan downline yang berada satu tingkat dibawah upline tertinggi itu menjabat sebagai anggota presidium tersebut, yang secara kolektive kollegial memimpin lembaga dewan konsolidasi yang terdiri dari sekretariat jendral dan departemen departemen serta birokrasi yang berada dibawahnya.
Hal yang harus sungguh sungguh diperhatikan, dan seharusnya menjadi pertanyaan penting adalah, mengapa stelsel ditempatkan sebagai formasi pokok kepemimpinan ?, tidak lain jawabannya adalah, kemampuan manusia untuk memberikan perhatian yang intensif kepada sesama manusia sangatlah terbatas, saya meyakini bahwa setiap manusia memiliki tingkat kemampuan yang berbeda beda untuk dapat memberikan perhatian yang intensif kepada sesama manusia, tapi secara empirik saya meyakini bahwa sangat sedikit sekali manusia yang dapat memberikan perhatian yang intensif kepada 20 orang sekaligus, umumnya hanya berkisar antara 12 s/d 15 orang saja, hal inilah menjadi dasar pertimbangan untuk mengunakan sistem stelsel sebagai formasi pokok kepemimpinan.
Setelah kita mengetahui dasar pertimbangan untuk mengunakan sistem stelsel sebagai formasi pokok kepempimpinan, maka pertanyaan selanjutnya adalah, berapa jumlah akar downline yang seharusnya ? akar downline yang seharusnya dan sangat mungkin untuk layak diterapkan bagi setiap orang yang menjadi upline adalah 6 orang downline saja, karena bukan hanya tidak terlalu banyak, tapi juga tidak terlalu sedikit, kenapa tidak 12 s/d 15 orang downline saja untuk pencapaian yang optimal ?, hal yang harus kita fahami adalah bila formasi akar downline berjumlah 12 s/d 15 orang, maka dikhawatirkan upline sebagai pembina solidaritas, menjadi tidak optimal dalam melakukan pembinaan dan evaluasi terhadap anggotanya, hal ini tentunya dapat dimaklumi, karena setiap pembina solidaritas, bukan hanya memiliki keperluan lain yang harus dilakukannya, tapi juga memiliki kehidupan pribadi yang harus dijaganya.
Basis Dewan Konsolidasi ( DEKON ) ditingkat terendah adalah UNSTRUM atau Unit Strategis Umum, adapun setiap Pembina solidaritas yang telah berhasil membentuk dan menyelenggarakan Posko Solidaritas dengan kepengurusan yang berbasis kepada downline downlinenya, maka berhak menjabat sebagai Kepala UNSTRUM yang mendapatkan tempat di Dewan Konsolidasi ( DEKON ) tingkat terendah untuk mewakili Unit Strategis Umum yang dipimpinnya.
Adapun dalam jangka panjang Posko Solidaritas diharapkan dapat berfungsi sebagai Reaktor Pembangkit Tenaga Solidaritas Rakyat Semesta, suatu Reaktor Solidaritas Organik yang menumbuh kembangkan reaksi solidaritas berantai hingga menjadi dasar berpijak bagi adanya aksi Solidaritas Permanen yang mengakomodasikan semua Ide, Dana dan Tenaga atau IDT dengan berlandaskan konsep yang saya sebut sebagai Dialektika Reaksi.
Dialektika Reaksi adalah perubahan reaksi menjadi aksi yang baru, tentu kita sudah mengenal istilah Reaksi Berantai, tetapi konsep Dialektika Reaksi yang saya maksud adalah hasil analisa saya yang berfokus pada bagaimana perubahan Reaksi menjadi aksi yang baru dapat ditimbulkan, Reaksi benda dapat berubah menjadi Aksi ketika Reaksi benda tersebut mengena / berdampak pada benda lain, adapun Reaksi dari suatu benda dapat terjadi dengan memanfaatkan watak / sifat benda serta kemampuan dan keadaan benda tersebut.
Dialektika Reaksi terbagi dalam dua kategori umum, yaitu dialektika reaksi ilmiah dan dialektika reaksi alamiah, dialektika reaksi ilmiah adalah perubahan reaksi yang ditimbulkan secara sengaja oleh manusia, sedangkan dialektika reaksi alamiah adalah perubahan reaksi yang tidak ditimbulkan oleh manusia baik secara sengaja maupun tidak sengaja, maka dengan demikian tidak dapat diingkari, bahwa Dialektika Reaksi adalah dasar berpijak bagi Dialektika Materialisme dan segala bentuk Mekanisme.
Strategi Revolusi
Direktorat Jendral Profesi adalah kesatuan kerja yang mengelola Sumber Daya Manusia para anggotanya dan karenanya masing masing Direktorat Jendral Profesi memiliki Training Center, untuk mengaktivasi setiap Direktorat Jendral Profesi ini harus dibentuk KOPERASI yang persyaratan keanggotaannya adalah harus menjadi anggota stelsel terlebih dahulu sebagai dasar keanggotaan KOPERASI tersebut.
KOPERASI proletar bahkan ultraproletar tidak bisa disamakan dengan KOPERASI borjuis, baik borjuis besar maupun borjuis kecil didalam teknis pengumpulan modal KOPERASI, KOPERASI borjuis dapat menagih iuran Pokok, iuran wajib dan iuran Sukarela kepada anggotanya, sedangkan KOPERASI proletar tidak dapat melakukan hal serupa itu kepada anggotanya, sehingga teknis pengumpulan modal KOPERASI adalah dengan mengadakan Rekening Investasi Bagi Hasil Basis Point serta dari Kas Organisasi Stelsel Pejuang Solidaritas Raya yang berbasis pada dana Amal Solidaritas.
Pada setiap tingkat kepengurusan Koperasi Proletar, terdapat Dewan Komisaris yang terdiri dari jajaran Dewan Konsolidasi yang setingkat dan sewilayah, adapun Dewan Komisaris Koperasi Proletar bertugas melakukan fungsi pengawasan serta mengadakan pemilihan kepengurusan Koperasi Proletar ditingkat wilayahnya, dan masa bakti kepengurusan Koperasi tidak ditentukan batasnya, dan dapat diganti melalui Pemilihan Umum yang diadakan Dewan Komisaris ditingkat wilayahnya setelah Dewan Komisaris tersebut menerima Mosi Tidak Percaya Minimal dari 50% lebih anggota yang berada dibawah tingkat kepengurusan Koperasi tersebut.
Karena Koperasi Proletar adalah dari dan bagi Pejuang Solidaritas Raya, maka Integritas Koperasi Proletar dengan Organisasi Stelsel Pejuang Solidaritas Raya harus terjaga secara utuh ( solid ) tanpa terkecuali, maka dari itupula pemegang kas Pejuang Solidaritas Raya dan pemegang kas Koperasi Proletar tidak boleh dipisahkan, serta apa apa saja yang berlaku didalam Organisasi Stelsel Pejuang Solidaritas Raya, haruslah berlaku dalam Koperasi Proletar secara mutlak, modal awal Koperasi Proletar bersumber dari kas Organisasi Stelsel Pejuang Solidaritas Raya, atau lebih ringkasnya ialah Organisasi Pejuang Solidaritas Raya atau PSR, maka sebagian keuntungan bersih ( profit netto ) Koperasi Proletar wajib disetor pada kas PSR guna m
Dua pertentangan tersebut, tidak lain hanya akan menjerumuskan kita semua kedalam jurang kerugian dan tragedi kemanusiaan secara massal, tentu ini hanyalah seleksi alamiah yang bukan tanpa ada akhirnya, karena ketika jumlah pesaing dan tingkat qualitas kemandirian individu secara umum drastis berkurang, hingga persaingan semakin melemah dan juga semakin menyempit, maka sosial ekonomi akan kembali pada titik tolak untuk tumbuh dan berkembang kembali, seperti buah kelapa yang terjatuh ke tanah untuk bertunas lagi..
Tapi bagaimanapun juga, kita harus memilih satu pilihan terbaik diantara dua pilihan terberat, yaitu apakah kita memilih untuk senantiasa menyerahkan diri kita kepada apa yang disebut Charles Darwin sebagai seleksi alamiah yang kita rasakan teramat kejam ini, ataukah kita memilih untuk melawannya !.
Seleksi Alamiah yang dikatakan Charles Darwin dalam konteks sosial ekonomi sebenarnya adalah hasil dari persaingan bebas, sebagai Seleksi Ilmiah Liberalistik, dimana tidak pernah ada kemenangan bersama, seperti halnya juga tidak pernah ada kesejahteraan bersama, karena tiap kemenangan seseorang berdiri diatas kekalahan orang banyak, seperti halnya juga tiap kesejahteraan seseorang berdiri diatas kemiskinan orang banyak.
Demikianlah persaingan bebas tidak akan pernah menghasilkan kesejahteraan umum, sehingga kesejahteraan umum itu, tentu tidak akan pernah terjadi didalam masyarakat alamiah, karena itu tidak terbantah lagi bahwa kesejahteraan umum adalah visi yang luar biasa, yang tentu harus dicapai dengan cara yang luar biasa juga, yaitu melalui rekayasa sosial ( social engineering ) sebagai pembangun bagi revolusi sosial yang kita inginkan, dengan kekuatan massa tidak lebih dari 0,01% saja dari total populasi penduduk, para pemimpin aksi anarkis maupun aksi demonstrasi, beserta para pengikutnya tidak akan pernah bisa melakukan revolusi sosial apapun, kecuali menjadi sasaran empuk penguasa dimanapun mereka berada, atau bahkan bisa juga mereka menjadi sasaran pelampiasan dari ketidakpuasan masyarakat umum.
Ruang Hidup
Aktivis aktivis Marxisme-Leninisme saat ini belum bisa menyadari, bahwa taktik dan strategi Komunisme yang berdasarkan Marxisme-Leninisme tidak lagi dapat mengalahkan kekuatan Kapitalis, sejak Kapitalisme berhasil mencapai evolusinya menjadi Liberalisme yang sempurna pada pertengahan Abad ke 20.
Liberalisme berhasil melucuti basis pokok kekuatan Komunis sehingga kita bisa melihat bagaimana Borjuis & Proletar telah menjadi satu sebagai kaum Liberalis, dimana kaum liberalis yang terdiri dari Borjuis dan Proletar dengan sukarela dan antusias menjadi lawan bagi Kaum Komunis.
Hal itu menjadi kritik bagi asumsi Marx untuk menentukan pemetaan kelas social dalam thesisnya Historical Materalisme, yang menjadi dasar berpijak perjuangan kelas social yaitu, keadaan social seseorang menentukan kesadaran socialnya, tapi pada kenyataannya hal itu tidak sepenuhnya terjadi, karena kesadaran social tidak ditentukan oleh keadaan sosialnya, terbukti Marx dan Engels walau jelas memiliki keadaan social yang berbeda, tapi keduanya memiliki kesadaran social yang sama, hal ini saya sebut sebagai kelas social subyektif.
Dari fakta tersebut diatas dapat dikatakan bahwa Kelas Sosial Subyektif memiliki eksistensi dan pengaruh yang lebih kuat, dari pada Kelas Sosial Obyektif yang terbentuk berdasarkan parameter materalistik yang sudah tentu didasarkan oleh obyektifitas yang tidak perlu diragukan lagi.
Apakah yang menyebabkan Kelas Sosial Subyektif memiliki eksistensi yang lebih kuat adalah yaitu, karena pada dasarnya setiap kelas social terbentuk oleh adanya “kesadaran Sosial”, dan “kesadaran” berasal dari dalam diri individu ( manusia ) sehingga “kesadaran” itu sendiri adalah idealistik, yang sudah tentu bertentangan dengan materialistik, hal ini juga menguntungkan Liberalisme karena kesadaran diri manusia terdiri dari hasrat hewani manusia ( zoon politicon ) yang cendrung pada kebebasan pribadi ( individu ) yang seluas luasnya.
Hasrat kebebasan pribadi yang seluas luasnya ( naluri ) adalah dasar berpijak bagi penindasan manusia diantara manusia, mengapa demikian ? tentu kita memahami hal yang seharusnya, bahwa kebebasan seseorang dibatasi oleh kebebasan orang lain, hingga terbentuk kebebasan yang sama bagi setiap orang, namun untuk dapat mencapai kebebasan yang seluas luasnya, manusia harus melakukan penindasan kepada manusia lainnya, bagaimana penindasan manusia diantara manusia yang sebenarnya terjadi ? hakekat penindasan yang sebenarnya terjadi adalah dengan cara mengingkari harga diri manusia lain, karena tidak mungkin hak azasi seorang manusia dapat diakui bila harga dirinya diingkari.
Harga diri adalah nilai berharganya diri manusia, nilai berharganya diri manusia ialah dasar berpijak untuk mendapatkan kebenaran ( Hak ) mutlak ( Azasi ) bagi diri manusia untuk dapat diperdulikan oleh manusia lainnya, Hak Azasi Manusia hanya relevan dibahas dalam hubungan antar manusia, yaitu ketika manusia berhadapan dengan manusia lainnya, Hak Azasi Manusia tidak relevan lagi dibahas dalam hubungan manusia dengan tuhannya atau hewan disekitarnya.
Adalah benar bahwa semua manusia memang berharga, karena manusia adalah benda hidup yang memiliki kenangan dan angan-angan, benda hidup yang pada dasarnya jelas memiliki kemampuan dan kemauan untuk mengerti dan melayani, untuk berbagi dan menyayangi serta untuk berjuang dan berkorban, bahwa emas dan berlian serta benda berharga lainnya yang juga telah mendapatkan kebenaran untuk diperdulikan manusia, tidak dapat melakukan hal yang serupa itu.
Demikianlah kita telah menemukan ironi, bahwa ternyata Liberalisme ialah dasar berpijak bagi penindasan manusia diantara manusia, disini kita dapat menemukan pelantunan, dimana dari Liberalisme bergerak menuju Kapitalisme, & selanjutnya dari Kapitalisme bergerak menuju Liberalisme yang baru, suatu pergerakan yang ditimbulkan oleh adanya hukum alam yang saya sebut sebagai Dialektika Reaksi.
Dialektika Reaksi adalah perubahan reaksi menjadi aksi yang baru, Kapitalisme timbul dari kehidupan masyarakat purba, dimana ketergantungan manusia pada sesama manusia relative sangatlah rendah, karena manusia pada awalnya adalah mahluk bebas yang hanya memiliki ketergantungan pada alam sekitarnya, sebab itu agar manusia dapat memanipulasi dan mengexploitasi manusia lainnya, maka manusia manusia Borjuis mengadakan perbudakan sesama manusia, serta klaim klaim hak milik yang berlebihan, melalui Undang undang untuk mempersempit bahkan menghilangkan kebebasan manusia lainnya, demikianlah kaum proletar telah dilahirkan dari sejarah peradaban manusia.
Menuju Kenyataan
Maka kepada pejuang pejuang rakyat jelata dimanapun kalian semua berada, saya sampaikan, marilah kita jadikan semangat solidaritas sebagai dasar berpijak yang mempersatukan kaum proletar dan kita semua, karena solidaritas adalah roh bagi segala bentuk perjuangan rakyat jelata disepanjang zaman, jadikanlah diri kita Pejuang Solidaritas Raya, karena untuk solidaritas yang seluas-luasnya kita harus benar benar berjuang dari dalam diri kita sendiri hingga keperluasan dimana kita semua berada.
Agar kita dapat saling merendahkan diri, karena hanya dengan saling merendahkan diri kita dapat saling menerima setiap diri diantara kita, hingga kita semua dapat berpegangan erat dalam jumlah yang tak terbayangkan, diantara seluruh buruh miskin dan pengangguran, pedagang liar dan gelandangan, persatuan kita adalah harapan, maka terimalah yang memimpin dan terimalah juga yang dipimpin agar kita menjadi satu kesatuan yang nyata, seperti rantai baja atau apa saja yang jaya perkasa, maka itu tidak perlu bagi kita untuk membesar besarkan asumsi marx, bahwa agama adalah candu, karena bahkan menurut saya agama adalah Heroin, heroin memang bisa membuat manusia terlena dalam khayalan, tapi heroin ialah juga alat bantu medis yang bisa menghilangkan rasa sakit dan penderitaan, maka heroin seperti halnya agama sebenarnya tergantung bagaimana dan untuk apa kita menggunakannya.
Dengan menelusuri alur Dialektika Reaksi, kita akan dapat menganalisa berbagai hal baik dengan penelusuran kedepan maupun penelusuran kebelakang dan kita dapat menemukan suatu keberadaan tanpa perlu kita melihatnya, bahkan sesuatu hal yang dianggap tidak ada, bisa jadi bukan karena benar tidak ada, tapi karena kita tidak tahu, demikianlah Dialektika Reaksi telah memperkaya ruang lingkup materialisme.
Dimana dengan mengikuti alur Dialektika Reaksi, maka Daya Nalar manusia dapat menjadi Indra keenam, sebagai sumber ilmu pengetahuan bagi manusia yang melengkapi lima sumber ilmu pengetahuan yang telah dimiliki manusia secara alamiah, yaitu Indra Pengelihatan, Indra Perasa, Indra Pendengaran, Indra Pengecapan dan Indra Penciuman, dari paparan diatas maka kita telah dapat menemukan kesimpulan, bahwa ruang lingkup materialisme tidak terlepas dari hukum relativitas, karena ruang lingkup materialisme ternyata sangat bergantung pada seberapa besar kemampuan serta kelengkapan Indra yang dimiliki manusia.
Kaum borjuis adalah kaum penindas, dan kaum proletar adalah kaum tertindas, berbeda dengan kapitalis yang merupakan pemilik modal, walaupun tidak selalu mutlak kapitalis adalah borjuis dan sebaliknya, namun “keadaan social” seorang kapitalis membuat dirinya cendrung memiliki “kesadaran social” sebagai borjuis, karena dengan modal berupa uang seorang kapitalis bisa mendapatkan kekuasaan untuk menindas, kekuasaan untuk menindas bisa digunakan untuk mendapatkan uang yang lebih banyak dan begitu seterusnya, hingga dengan demikian seorang kapitalis telah menemukan kesadarannya sebagai seorang borjuis.
Kehidupan ini cendrung dinamis, dimana seorang proletar suatu saat nanti bisa saja menjadi seorang borjuis, karena seorang borjuis bisa juga menjadi seorang proletar, bahkan dalam jumlah yang cendrung jauh lebih banyak lagi dari pada jumlah proletar yang menjadi borjuis, karena dialam Liberalisme, kota-kota dan desa-desa telah menjadi Kollosium, yaitu arena pertarungan bebas, dimana tiap kemenangan seseorang berdiri diatas kekalahan orang banyak, seperti halnya kesejahteraan seseorang juga berdiri diatas kemiskinan orang banyak, dibawah mekanisme pasar dimana dendam dan keserakahan telah menarik masyarakat secara paksa kedalam kerangka piramida daya beli, dimana seleksi ilmiah liberalistik yang tanpa belas kasihan terjadi.
Hal yang benar benar harus diperhatikan adalah bahwa, kerangka piramida daya beli tersebut terdiri dari berbagai tingkatan, dan pada setiap tingkatan kerangka piramida daya beli itu terdapat ruang hidup kelas sosial, dimana penghuninya senantiasa mengalami tekanan akibat pertumbuhan populasinya, adapun pertumbuhan populasi dalam setiap ruang hidup kelas sosial disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor perkembangan kelahiran dan faktor perkembangan imigrasi, sehingga siapapun yang lemah diantara penghuni ruang hidup kelas sosial tersebut, akan terdesak keluar dari ruang hidup kelas sosialnya dan terjatuh kedalam ruang hidup sosial yang lebih rendah tingkatannya.
Masyarakat didalam suatu negara liberalis, dalam berbagai bentuk dan alirannya, senantiasa tersusun dalam kerangka piramida daya beli, sehingga masing masing negara liberalis itu memiliki satu kerangka piramida daya beli sebagai ruang hidup kelas sosial bagi masyarakat didalam negaranya, negara neo liberalis seperti halnya negara imperialis, senantiasa berupaya mengintegrasi kerangka piramida daya beli didalam negaranya dengan kerangka piramida daya beli yang ada didalam negara lain, hingga menjadi satu kesatuan yang utuh melalui praktek praktek globalisasi, sehingga karena itu kita telah dapat menyaksikan, bagaimana kesejahteraan masyarakat disuatu negara, juga berdiri diatas kemiskinan masyarakat dinegara lain, dan karenanya pertentangan kelas sosial didalam negara, akan tidak terhindarkan lagi untuk berkembang menjadi pertentangan kelas sosial antar negara.
Maka dari itu, kepada seluruh Pejuang Solidaritas Raya dimanapun kalian semua berada saya sampaikan, jangan biarkan batas negara, perbedaan suku bangsa, perbedaan ras dan perbedaan agama, membatasi perkembangan stelsel Pejuang Solidaritas Raya, seorang neo komunis sejati, sebenarnya adalah orang yang hidup didalam komune, adalah benar bahwa setiap komune adalah komunitas, tetapi setiap komunitas bukanlah berarti komune, karena komune adalah komunitas yang solid atau kompak, integrated atau satu kesatuan dan permanen atau tanpa batas waktu, dimana setiap orang didalam komune saling terikat dan terkait satu dengan lainnya, bukanlah upah dan bukanlah hobby yang membuat setiap orang didalam komune saling terikat dan terkait satu dengan lainnya, dan juga bukan solidaritas sempit atau solidaritas exclusive, melainkan adalah "Solidaritas Raya", sebagai Solidaritas yang seluas luasnya, tidak hanya untuk menjamin kebenaran 100%, tetapi juga karena komunitas yang permanen membutuhkan solidaritas yang permanen juga sebagai perekat dan dasar berpijaknya.
Untuk dapat membentuk solidaritas permanen, maka solidaritas itu tentunya haruslah menjadi solidaritas yang seluas luasnya, karena manusia sebagai dasar berpijak solidaritas itu sendiri bersifat dinamis dan relatif, sehingga dengan solidaritas yang seluas luasnya, aksi solidaritas tidaklah bergantung pada satu atau beberapa manusia saja, tetapi bergantung pada sebanyak banyaknya manusia, agar bila ada yang "tenggelam" maka diharapkan adapula yang "timbul", maka dengan demikian aksi solidaritas dapat menjadi aksi solidaritas permanen sebagai dasar berpijak dan perekat bagi terbentuknya komunitas permanen tersebut.
Didalam komune setiap orang tidak hanya dituntut untuk bertanggung jawab pada dirinya sendiri, tetapi juga dituntut untuk saling bertanggung jawab satu dengan lainnya, dimana upline sebagai pembina solidaritas harus bertanggung jawab atas semua downline sebagai anggotanya, dan begitu pula sebaliknya, semua anggota solidaritas juga harus bertanggung jawab kepada pembina solidaritasnya, tentu tanggung jawab yang saya maksudkan disini, dalam konteks pembina solidaritas dengan anggotanya dan sebaliknya, tidak lain adalah tanggung jawab kemanusiaan dan tanggung jawab solidaritas bersama, dengan mengembangkan jaringan kerja sama yang sebisa mungkin tidak hanya memperjuangkan semua kepentingan umum individu didalam komune, tapi juga melibatkan semua pembina solidaritas berserta anggotanya, demikianlah komune sebagai keluarga instan hidup dan berkembang, untuk saling memberikan kesetiaan dan keperdulian.
Dan karenanya, tidak perlu bagi kita untuk menempatkan revolusi sosial sebagai satu satunya cara untuk menyelesaikan persoalan persoalan mendesak kita, dan karena itupula kita tidak perlu tergesa gesa apalagi membabi buta untuk mengadakan revolusi, karena walaupun revolusi itu adalah perubahan yang secepat cepatnya dan sebesar besarnya, tetapi persiapan revolusi itu sendiri tetaplah sangat panjang dan melelahkan, maka tanpa perlu menunggu revolusi itu terlebih dahulu terjadi, tetaplah berikan yang terbaik bagi orang orang yang kita sayangi, karena apabila ruang hidup komune terus berkembang hingga menjadi masyarakat umum, maka revolusi itu tentu akan terjadi dengan sendirinya tanpa terkecuali.
Komune didalam negara, tidak lain adalah seperti koloni semut merah di hutan rimba raya, dan bagaimanapun lemah dan kecilnya seekor semut merah, ternyata mereka tidak hanya telah mampu untuk bertahan, tetapi juga telah mampu untuk terus menerus berkembang dibawah hukum seleksi alam yang teramat kejam, bahkan bila semut itu sebesar manusia, pastilah mereka telah berhasil menguasai dunia.
Ingatlah, bahwa setiap manusia borjuis dalam berbagai bentuk rupanya, bukan hanya telah menjadikan dirinya tiang serta pondasi bagi Liberalisme, tetapi juga "penderita sakit jiwa", dimana mereka melihat dirinya jauh lebih berharga dari kenyataannya, sehingga karena itu untuk dapat senantiasa menutupi kenyataan dan meyakinkan dirinya, setiap manusia borjuis harus merendahkan harga diri manusia lainnya, agar ia dapat senantiasa melihat harga dirinya memang jelas lebih tinggi dari manusia lainnya.
Maka tidak dapat diingkari lagi, bahwa setiap manusia borjuis adalah lawan yang nyata bagi semua harapan dan setiap usaha kita semua, tidak hanya dalam mencapai kesejahteraan, tetapi juga dalam setiap usaha kita semua untuk mengembangkan dan mempertahankan kesejahteraan itu tetap meluas seluas luasnya diantara masyarakat umum, melalui segala bentuk mekanisasi untuk mencapai kepastian dan peluang yang kita harapkan bersama.
Kapitalisme Negara
Apa yang salah dari Marxisme-Leninisme ? Marxismenyakah ? atau Leninismenya ? jelas Lenin yang telah membagi-bagikan tanah pertanian bekas borjuis kepada petani, tapi kemudian menghadapi pemberontakan petani,hingga lenin melakukan New Economic Policy (NEP), yaitu kebijakan untuk memberi ruang hidup bagi kapitalistik.
Mengapa hal itu sampai terjadi ? Lenin memaksakan kehendak pada petani dengan membayar hasil panen dengan harga murah, tanpa memikirkan berapa hutang & bunga rentenir yang telah ditanggung petani jauh sebelum panen terjadi, tapi Stalin menyelamatkan Marxisme-Leninisme dari kegagalan, dengan mengambil alih tanah pertanian tsb dan mempekerjakan petani dalam Pertanian Kolektive dengan Gaji serta bonus yang cukup memuaskan bagi masyarakat USSR pada saat itu, sehingga mengantarkan USSR pada Stabilisasi. .
Dari sejarah kita tersadar bahwa kesalahan fatal terletak pada Leninisme dimana USSR tidak pernah mencapai titik klimaks dari apa yang diinginkan oleh marx dalam Manifesto Komunis hingga kehancurannya, Manifesto Komunist adalah uraian thesis karl marx untuk mencapai keadaan dimana setiap orang bekerja sesuai dengan kemampuannya dan mendapatkan hasil sesuai dgn kebutuhannya.
Model Ekonomi USSR mirip model Ekonomi Indonesia sebelum akhir tahun 1990-an, dimana banyak sekali BUMN atau Perusahaan Milik Negara dengan dominasinya yang sangat kuat, tetapi tidak memiliki kesatuan kesadaran dan tidak memiliki kesatuan tindakan, suatu model ekonomi yang tidak mampu menyelamatkan kaum Proletar dari kemiskinan dan penderitaan.
Keberhasilan Revolusi Bolshevik tidak lain merupakan hasil dari tindakan Lenin yang memanfaatkan keresahan Militer dan Rakyat rusia dalam Perang Dunia Pertama untuk menjatuhkan Rezim Tsar agar rusia segera mengundurkan diri dari Perang Dunia Pertama yang tidak memberikan keuntungan bagi rusia, dan memanfaatkan kelemahan pemerintahan Karensky yang belum cukup waktu untuk melakukan konsolidasi menyeluruh di rusia, dengan Kudeta tidak berdarah, dimana Milisi Bolshevik berhasil mengepung Kantor Pusat Pemerintahan Rusia, dimana Karensky berada dan menyerah saat itu juga tanpa perlawanan.
Suatu hal yang tidak terbayangkan sebelumnya adalah, bahwa pemerintahan negara yang berdasarkan pada Marxisme - Leninisme, suatu Mazhab yang lebih unggul dari Mazhab Marxisme lainnya sebelum abad ke 21, ternyata tidak punya pilihan lain, kecuali berlama lama didalam tahapan masyarakat sosialis, bukan karena mereka terlalu asyik menyiapkan ancang ancang untuk lompatan jauh kedepan menuju tahapan masyarakat komunis, tetapi "kebingungan" didalam mencari panduan teknis untuk mencapai tahapan berikutnya
Hal itu terjadi bukan hanya karena mereka telah menjadi Birokrat Borjuis dalam pemerintahan komunis, tetapi juga dikarenakan Lenin, Stalin, Trotsky dan Mao, bahkan Marx dan Engels tidak pernah menemukan "Jalan Tembus" menuju Kesejahteraan Umum, sebagai visi klimaks dalam Manifesto Komunis yang pertama, seperti yang saya tawarkan dalam Manifesto Komunis kedua ini.
Suatu hal yang harus pertama kali disadari adalah, bahwa didalam Manifesto Komunis II ini sama sekali tidak memberikan tempat bagi thesis Karl Marx tentang "Das Kapital" dalam artian yang permanen, bahwa Manifesto Komunis II ini tidak hanya memuat thesis thesis baru, tetapi juga Anti Thesis Karl Marx dan Lenin, yang menjadi dasar berpijak ilmiah bagi Neo Komunisme sebagai sintesisnya, suatu Komunisme Terbaru yang tidak hanya membedakan dirinya dengan Komunisme yang tumbuh dan berkembang pertama kalinya, tetapi juga mampu membedakan dirinya dengan Neo Komunisme Utopis, yang tidak lain hanyalah Komunisme Gaya Baru.
Dibawah Neo Komunisme kemampuan Negara menjadi sangat Luar Biasa, tidak hanya mampu memelihara anak anak yatim piatu dan orang orang jompo serta pasien pasien yang harus mendapatkan perawatan permanen, tetapi juga melakukan industrialisasi raksasa yang mampu merekayasa persediaan bagi segala kebutuhan konsumsi dan produksi masyarakat umum.
Neo Komunisme mengakhiri semua pertentangan antara Manusia sebagai Angkatan Kerja dengan segala bentuk mesin otomatis sebagai alat produksi maupun alat akomodasi, sehingga kita dan generasi dimasa depan akan menyaksikan bagaimana teknologi tekhnologi mutakhir dipersembahkan bagi setiap orang tanpa perlu lagi menghitung hitung untung atau rugi, dimana Robotisasi akan mencapai eskalasi yang tak terbayangkan untuk berbagai peran yang seluas mungkin, sebagai hamba hamba sahaya tak bernyawa yang dipersembahkan secara massal bukan hanya untuk melayani setiap manusia, tetapi juga mengantarkan seluruh umat manusia pada peradaban yang luar biasa.
Dibawah Neo Komunisme dimana Rekayasa Sosial Menuju Kesejahteraan Umum terjadi dengan mengaktivasi segala bentuk mekanisasi sosial untuk mencapai persentase kepastian yang setinggi tingginya, tidaklah membuat masyarakat seperti rangkaian mesin, didalam Negara Neo Komunis terdapat Direktorat Jendral Entertainment yang membawahi Klub Klub Hobby , yang para anggotanya dapat berasal dari luar Direktorat Jendral Entertainment itu sendiri, dimana semua kebutuhan phisikologis dan biologis manusia diakomodir dengan sebaik baiknya tanpa terkecuali, berdasarkan pengakuan mutlak atas hak azasi manusia yang telah menjadi dasar berpijak perjuangan ini.
Solidaritas Permanen
Bila setiap kesatuan kerja bekerja bagi semua kesatuan kerja, dan semua kesatuan kerja bekerja bagi setiap kesatuan kerja, maka Manifesto Komunis dapat dicapai, tetapi ini hanyalah prinsip kerja yang saya rancang untuk mencapai Manifesto Komunis, serta masih memerlukan teknis pelaksanaan dengan melibatkan negara sebagai instrumen pokok untuk memobilisasi kelas pekerja pada kesatuan kesatuan kerja, dan setelah pemerintah mengumpulkan semua daftar kebutuhan pekerja beserta kesatuan kerjanya untuk kemudian mengklasifikasikannya, maka pemerintah atas dasar data tersebut memberikan target prestasi kepada kesatuan kesatuan kerja, yang harus dijawab oleh kesatuan kerja dengan jaminan prestasi.
Adapun jaminan prestasi tsb menjadi dasar diterbitkannya voucher sebagai alat tukar yang berlaku umum, sedang mata uang hanya beredar antar bank saja, hal itu disebabkan mata uang bukan hanya sulit dikendalikan dalam rekayasa sosial menuju kesejahteraan umum, tetapi lebih dari itu mata uang adalah juga dasar pokok kapitalistik sebagai dasar sosial.
Bagaimana hubungan mata uang dengan voucher sebagai sesama alat tukar resmi ? Voucher adalah alat tukar resmi yang mulai efektif berlaku setelah mendapat stempel masa berlaku yang dicetak oleh teller bank baik manual ataupun otomatis melalui mesin khusus yang juga terpasang dimesin ATM atau mesin Anjungan Tunai Mandiri ( Automatic Cash ).
Seperti halnya mata uang, voucher juga memiliki nilai nominal dan diterbitkan berdasarkan jaminan jaminan prestasi dari kesatuan kesatuan kerja yang diterima Sekretariat Jendral Dewan Konsolidasi Pusat atau DEKON Pusat sebagai Lembaga Tertinggi Negara.
Masa berlaku voucher yang ideal ialah 2 bulan ( 60 hari ) saja dan dapat disimpan dibank komersial, bank komersial dapat menyerahkan voucher tersebut ke bank sentral untuk ditukar dengan mata uang, sehingga bank komersial dapat terhindar dari masa kadaluarsa atau expired voucher yang dimilikinya, dan untuk itupula bank sentral memberikan masa tengang 1 bulan ( 30 hari lagi ) dari tanggal expired voucher yang dimiliki bank komersial, untuk mengantisipasi adanya penarikan dana dari bank komersial oleh nasabahnya, maka bank komersial dengan mata uang dapat membeli voucher yang belum mendapatkan masa berlaku ( blank ) dari bank sentral, untuk stok dana dibrankas bank maupun dimesin ATM.
Dibawah Sekretariat Jendral Dewan Konsolidasi terdapat divisi divisi unit usaha yang merupakan gabungan dari beberapa unit kesatuan kerja yang berbeda beda, setiap divisi unit usaha memiliki Dewan Komisariat yang terdiri dari perwakilan perwakilan kesatuan kerja atau Direktorat Jendral Profesi , untuk bisa memastikan bahwa jaminan prestasi setiap Direktorat Jendral Profesi yang telah diserahkan kepada Sekretariat Jendral DEKON benar benar dilaksanakan tanpa terkecuali, dari hal tersebut kita bisa membayangkan, bahwa setiap orang tanpa memandang latar belakang pendidikan dan jabatannya, mendapat jaminan prestasi dari semua kesatuan kerja termasuk kesatuan kerja dimana ia dan keluarganya berada, suatu gambaran ilmiah tentang kesejahteraan umum, sebagai hasil rekayasa solidaritas organic yang menjadi jalan tembus untuk langsung memasuki tahapan masyarakat neo komunis tanpa perlu memasuki tahapan masyarakat sosialis terlebih dahulu.
Tahapan masyarakat Neo Komunis adalah suatu pencapaian peradaban yang lebih tinggi dari tahapan masyarakat komunis, dimana dalam tahapan masyarakat Neo Komunis, setiap orang bekerja sesuai kemampuannya dan mendapatkan hasil lebih dari kebutuhannya.
Kediktaktoran proletar saat ini telah bisa diwujudkan, dengan banyaknya proletar terdidik melalui stelsel proletar yang berdisiplin baja dan bermental baja, sehingga tidak memerlukan lagi kediktaktoran partai komunis, dimana buruh berserta kepentingannya hanya menjadi tunggangan Politbiro semata, sebagai bentuk kediktaktoran minoritas, dimana Para Penjilat dan Intelektual Oportunis bahkan Kader Biologis bisa mendapat tempat untuk meminta minta perhatian atau bahkan juga menuntut untuk "dikatrol", yaitu mendapat Promosi Instant yang memarjinalisasi para Kader loyalis, berbeda dengan Kediktaktoran Proletar yang digagas oleh Karl Marx sebagai bentuk kediktaktoran mayoritas, dimana setiap orang secara kolektif kolegial didalam stelsel proletar menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan didalam Kediktaktoran Proletar itu sendiri, maka dengan demikian marxisme sebaiknya dapat tegak berdiri tanpa leninisme.
Revolusi tidak sama dengan kudeta, kudeta hanya merebut kekuasaan secara paksa sedangkan revolusi adalah perubahan keadaan dalam skala yang sebesar besarnya dan secepat cepatnya, jadi revolusi tidak hanya bisa dilakukan dari atas kebawah tetapi juga bisa dilakukan dari bawah keatas, yang perlu dilakukan adalah dengan terus menerus membentuk stelsel dan mengklasifikasikan anggota stelsel berdasarkan pendidikan dan pengalaman kerjanya untuk ditempatkan pada masing masing direktorat jendral profesi serta melakukan Aksi Solidaritas Permanen dengan membentuk posko posko solidaritas diberbagai pemukiman.
Stelsel harus dibentuk berdasarkan keteraturan dan kedisiplinan, stelsel terdiri dari Upline yang menjadi Pembina solidaritas serta Downline yang mejadi anggota solidaritas, model stelsel harus memiliki formasi akar downline yang teratur rapih, pada tiap tingkatan kepengurusan stelsel, maka upline tertinggi menjadi Pembina umum, dan menjabat sebagai ketua presidium atas dewan konsolidasi, sedangkan downline yang berada satu tingkat dibawah upline tertinggi itu menjabat sebagai anggota presidium tersebut, yang secara kolektive kollegial memimpin lembaga dewan konsolidasi yang terdiri dari sekretariat jendral dan departemen departemen serta birokrasi yang berada dibawahnya.
Hal yang harus sungguh sungguh diperhatikan, dan seharusnya menjadi pertanyaan penting adalah, mengapa stelsel ditempatkan sebagai formasi pokok kepemimpinan ?, tidak lain jawabannya adalah, kemampuan manusia untuk memberikan perhatian yang intensif kepada sesama manusia sangatlah terbatas, saya meyakini bahwa setiap manusia memiliki tingkat kemampuan yang berbeda beda untuk dapat memberikan perhatian yang intensif kepada sesama manusia, tapi secara empirik saya meyakini bahwa sangat sedikit sekali manusia yang dapat memberikan perhatian yang intensif kepada 20 orang sekaligus, umumnya hanya berkisar antara 12 s/d 15 orang saja, hal inilah menjadi dasar pertimbangan untuk mengunakan sistem stelsel sebagai formasi pokok kepemimpinan.
Setelah kita mengetahui dasar pertimbangan untuk mengunakan sistem stelsel sebagai formasi pokok kepempimpinan, maka pertanyaan selanjutnya adalah, berapa jumlah akar downline yang seharusnya ? akar downline yang seharusnya dan sangat mungkin untuk layak diterapkan bagi setiap orang yang menjadi upline adalah 6 orang downline saja, karena bukan hanya tidak terlalu banyak, tapi juga tidak terlalu sedikit, kenapa tidak 12 s/d 15 orang downline saja untuk pencapaian yang optimal ?, hal yang harus kita fahami adalah bila formasi akar downline berjumlah 12 s/d 15 orang, maka dikhawatirkan upline sebagai pembina solidaritas, menjadi tidak optimal dalam melakukan pembinaan dan evaluasi terhadap anggotanya, hal ini tentunya dapat dimaklumi, karena setiap pembina solidaritas, bukan hanya memiliki keperluan lain yang harus dilakukannya, tapi juga memiliki kehidupan pribadi yang harus dijaganya.
Basis Dewan Konsolidasi ( DEKON ) ditingkat terendah adalah UNSTRUM atau Unit Strategis Umum, adapun setiap Pembina solidaritas yang telah berhasil membentuk dan menyelenggarakan Posko Solidaritas dengan kepengurusan yang berbasis kepada downline downlinenya, maka berhak menjabat sebagai Kepala UNSTRUM yang mendapatkan tempat di Dewan Konsolidasi ( DEKON ) tingkat terendah untuk mewakili Unit Strategis Umum yang dipimpinnya.
Adapun dalam jangka panjang Posko Solidaritas diharapkan dapat berfungsi sebagai Reaktor Pembangkit Tenaga Solidaritas Rakyat Semesta, suatu Reaktor Solidaritas Organik yang menumbuh kembangkan reaksi solidaritas berantai hingga menjadi dasar berpijak bagi adanya aksi Solidaritas Permanen yang mengakomodasikan semua Ide, Dana dan Tenaga atau IDT dengan berlandaskan konsep yang saya sebut sebagai Dialektika Reaksi.
Dialektika Reaksi adalah perubahan reaksi menjadi aksi yang baru, tentu kita sudah mengenal istilah Reaksi Berantai, tetapi konsep Dialektika Reaksi yang saya maksud adalah hasil analisa saya yang berfokus pada bagaimana perubahan Reaksi menjadi aksi yang baru dapat ditimbulkan, Reaksi benda dapat berubah menjadi Aksi ketika Reaksi benda tersebut mengena / berdampak pada benda lain, adapun Reaksi dari suatu benda dapat terjadi dengan memanfaatkan watak / sifat benda serta kemampuan dan keadaan benda tersebut.
Dialektika Reaksi terbagi dalam dua kategori umum, yaitu dialektika reaksi ilmiah dan dialektika reaksi alamiah, dialektika reaksi ilmiah adalah perubahan reaksi yang ditimbulkan secara sengaja oleh manusia, sedangkan dialektika reaksi alamiah adalah perubahan reaksi yang tidak ditimbulkan oleh manusia baik secara sengaja maupun tidak sengaja, maka dengan demikian tidak dapat diingkari, bahwa Dialektika Reaksi adalah dasar berpijak bagi Dialektika Materialisme dan segala bentuk Mekanisme.
Strategi Revolusi
Direktorat Jendral Profesi adalah kesatuan kerja yang mengelola Sumber Daya Manusia para anggotanya dan karenanya masing masing Direktorat Jendral Profesi memiliki Training Center, untuk mengaktivasi setiap Direktorat Jendral Profesi ini harus dibentuk KOPERASI yang persyaratan keanggotaannya adalah harus menjadi anggota stelsel terlebih dahulu sebagai dasar keanggotaan KOPERASI tersebut.
KOPERASI proletar bahkan ultraproletar tidak bisa disamakan dengan KOPERASI borjuis, baik borjuis besar maupun borjuis kecil didalam teknis pengumpulan modal KOPERASI, KOPERASI borjuis dapat menagih iuran Pokok, iuran wajib dan iuran Sukarela kepada anggotanya, sedangkan KOPERASI proletar tidak dapat melakukan hal serupa itu kepada anggotanya, sehingga teknis pengumpulan modal KOPERASI adalah dengan mengadakan Rekening Investasi Bagi Hasil Basis Point serta dari Kas Organisasi Stelsel Pejuang Solidaritas Raya yang berbasis pada dana Amal Solidaritas.
Pada setiap tingkat kepengurusan Koperasi Proletar, terdapat Dewan Komisaris yang terdiri dari jajaran Dewan Konsolidasi yang setingkat dan sewilayah, adapun Dewan Komisaris Koperasi Proletar bertugas melakukan fungsi pengawasan serta mengadakan pemilihan kepengurusan Koperasi Proletar ditingkat wilayahnya, dan masa bakti kepengurusan Koperasi tidak ditentukan batasnya, dan dapat diganti melalui Pemilihan Umum yang diadakan Dewan Komisaris ditingkat wilayahnya setelah Dewan Komisaris tersebut menerima Mosi Tidak Percaya Minimal dari 50% lebih anggota yang berada dibawah tingkat kepengurusan Koperasi tersebut.
Karena Koperasi Proletar adalah dari dan bagi Pejuang Solidaritas Raya, maka Integritas Koperasi Proletar dengan Organisasi Stelsel Pejuang Solidaritas Raya harus terjaga secara utuh ( solid ) tanpa terkecuali, maka dari itupula pemegang kas Pejuang Solidaritas Raya dan pemegang kas Koperasi Proletar tidak boleh dipisahkan, serta apa apa saja yang berlaku didalam Organisasi Stelsel Pejuang Solidaritas Raya, haruslah berlaku dalam Koperasi Proletar secara mutlak, modal awal Koperasi Proletar bersumber dari kas Organisasi Stelsel Pejuang Solidaritas Raya, atau lebih ringkasnya ialah Organisasi Pejuang Solidaritas Raya atau PSR, maka sebagian keuntungan bersih ( profit netto ) Koperasi Proletar wajib disetor pada kas PSR guna m