Senin, 06 Februari 2012

NASAKOM BERSATU NASAKOM DJIWAKU

Nasakom Bersatu
karya : Soebroto Ki Atmajo

"Atjungkan
tindju kita, satu padu
Bulat semangat kita,

Hajo!
Terus Madju
Nasakom
bersatu
singkirkan kepala batu
Nasakom satu tjita
Sosialisme pasti djaja"



AMANAT PRESIDEN SUKARNO PADA SAAT RAPAT RAKSASA PEMBUKAAN MUBES TANI SELURUH INDONESIA
 
di Stadion Utama Gelora "Bung Karno,Senayan Djakarta, pada tanggal 20 Djuli 1965

Saudara-saudara sekalian,
Mubes Tani Musjawarah Besar Tani. Saja diminta memberi amanat.Lebih baik amanat saja itu saja tudjukan langsung kepada kaum tani Indonesia,tidak terutama sekali kepada Mubes-nja, oleh karena Mubesnya itu sudah terdiri dari orang-orang djempolan, bukan?Apalagi jang duduk disini, tjoba lihat,semuanja djempolan-djempolan. Saja akan tudjukan amanat saja ini kepada kaum tani Indonesia,chusus kepada kaum tani Indonesia. 

Saudara-saudara kaum tani Indonesia,sajalah jang menamakan kaum tani sokoguru Revolusi, disamping kaum buruh adalah sokoguru Revolusi. Apa sebab saja menamakan Saudara-saudara kaum tani sokoguru Revolusi? Saudara mengerti sokoguru itu apa? Soko berarti tiang, sokoguru adalah tiang utama. Misalnya pendopo, sesuatu pendopo, Saudara pernah melihat pendopo, bukan, pendopo Kabupaten, pendopo kawedanan, pendopo ketjamatan,pendopo dilain-kain tempat? ,pendopo-pendopo itu mempunjai banjak-banjak tiang mungkin sepuluh, dua-puluh, tiga-puluh, empat-puluh tiang-tiang. Kata orang jawa, tiang-tiangnja itu tirik-tirik. Tiang-tiang, tetapi tiap-tiap pendopo mempunjai empat tiang  jang  terpenting, mempunjai empat sokoguru, -- jang ditengah itu -- ,tiang empat daripada pendopo, empat sokoguru daripada pendopo. Ini adalah tiang-tiang jang terpenting. Djikalau salah-satu daripada empat tiang ini gugur,gugurlah sama-sekali seluruh pendoponja. 

Nah Revolusi Indonesia-pun mempunjai sokoguru-sokoguru. Daripada sokoguru-sokoguru Revolusi Indonesia ini dua adalah amat penting, jaitu sokoguru buruh, sokoguru tani. Artinja, djikalau Revolusi Indonesia itu tidak didjalankan, tidak terpikul, tidak dilaksanakan oleh kaum buruh, dia akan gugur --, djikalau tidak didjalankan, tidak dipikul, tidak dilaksanakan oleh kaum tani, gugurlah Revolusi itu --, djikalau tidak didjalankan,tidak dipikul, tidak dilaksanakan oleh kaum tani, gugurlah Revolusi itu. Nah itulah sebabnja maka saja katakan, kaum tani adalah sokoguru daripada Revolusi Indonesia. Revolusi Indonesia itu bertudjuan apa, Saudara-saudara? Apa tudjuannja Revolusi Indonesia? Hah, kaum tani, sudahkah engkau sekalian mengetahui tudjuan daripada Revolusi kita ini, tudjuan daripada Revolusi Indonesia? Kaum tani jang hadir disini,jang tidak hadir disini, sudahkah engkau sekalian mengetahui tudjuan daripada Revolusi Indonesia itu?Sudahkah engkau sekalian mengetahui tujuan daripada Revolusi Indonesia itu? 

Berulang-ulang telah kita katakan,Revolusi Indonesia bertudjuan tiga hal, jaitu jang aku namakan tiga kerangka daripada Revolusi Indonesia.Tiga kerangka daripada Revolusi Indonesia inilah,jang dengan satu perkataan aku tjakup dengan Amanat Penderitaan Rakjat.
Tiga kerangka,tiga tudjuan daripada Revolusi Indonesia itu ialah:Pertama satu negara Republik Indonesia jang berwilajah kekuasaan  dari Sabang sampai ke Merauke, berdaulat penuh,berbentuk Republik kesatuan.Ini adalah tujuan pertama daripada Revolusi Indonesia. Tudjuan jang kedua daripada Revolusi Indonesia ini ialah, satu masjarakat Indonesia jang  adil dan makmur, tanpa exploitation del'homme par l'homme, satu masjarakat jang adil dan makmur,tjukup sandang tjukup pangan, gemah-ripahloh-djinawi. Ini adalah tudjuan kedua. Tujuan ketiga daripada Revolusi Indonesia ialah satu dunia baru, satu susunan baru diseluruh bumi ini, dimana seluruh umat manusia berbahagia, satu dunia baru tanpa exploitation de l'homme par l'homme, kataku, satu dunia baru tanpa penghisapan manusia atas manusia, satu dunia tanpa penghisapan bangsa atas bangsa.Ini adalah tudjuan daripada Revolusi Indonesia, jang dengan satu perkataan aku katakan,ini adalah Amanat Penderitaan Rakjat. 

Nah,oleh karena aku bitjara kepada kaum tani, kaum tani didesa-desa,kaum tani dilereng-lereng gunung,kaum tani dekat dari sini, kaum tani jauh dari sini,maka hendak aku tjeritakan terlebih dahulu apa sebab aku namakan Amanat Penderitaan Rakjat.Rakjat Indonesia dalam apa jang dinamakan gerakan rakjat Indonesia untuk menudju sesuatu hal,telah menderita habis-habisan.Tudjuannja apa? Tudjuannja ialah pertama ingin mempunjai negara sendiri jang berdaulat, jang merdeka penuh,jang berbentuk Republik berwilajah kekuasaan antara Sabang dan Merauke. Tudjuan dari gerakan rakjat itu ialah untuk satu masjarakat Indonesia jang adil dan makmur tanpa penghisapan,tanpa kemiskinan, tanpa kemudaratan, tanpa kemelaratan, tanpa hidup jang tidak lajak.Tujuan ketiga daripada gerakan rakjat Indonesia itu ialah satu dunia baru sebagai kukatakan tadi. Nah ini adalah tudjuan daripada gerakan rakjat Indonesia sedjak berpuluh-puluh tahun, sedjak dari djamannja Sultan Agung Hanjokrokusumo, sedjak daripada djamannnja Diponogoro, sedjak dari djamannja kita mengadakan partai-partai politik, tetapi tudjuan daripada seluruh gerakan rakjat Indonesia adalah itu.
Dan untuk mentjapai,memperdjoangkan tudjuan ini Rakjat Indonesia telah menderita dan berkorban sehabis-habisnja. Menderita dan berkorban, menderita pendjara, menderita Boven-Digoel, menderita segala kesengsaraan didalam Revolusi phisik, menderita membakar rumahnja sendiri, menderita kehilangan suami, menderita kehilangan isteri, menderita kehilangan anak, menderita kehilangan radjakaja, pendek menderita, menderita, menderita. Achirnja, Saudara-saudara, gerakan rakjat ini datang kepada satu saa t jang kita bisa memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus '45.Tapi dengan adanja proklamasi 17 Agustus '45 itu,tudjuan daripada gerakan rakjat ini belum tertjapai seluruhnja.Baru kita bisa mengadakan proklamasi, tetapi tudjuan jang lain-lain belum tertjapai.
Nah,Rakjat seakan-akan mengamamanatkan kepada kita, kepadaku, kepadamu,kepadamu, kepadamu,kepadamu,kepadamu, kepadamu, kepada kita semuanja, agar supaja penderitaan Rakjat jang berpuluh-puluh tahun ini kita tebus, kita djadikan satu realitas, tudjuan daripada penderitaan ini. Rakjat laksana mengamanatkan kepada Pak Chairul Saleh, kepada Pak Leimena, kepada Pak Nasution, kepada Pak Yani, kepada Pak Asmu, kepada Pak Bambang Murtijoso, kepada Pak Suprajogi, kepada Pak Surjadi, kepada Ibu Subandrio,kepada Ibu Rusiah Sardjono, kepadaku, kepadamu, kepadamu, kepadamu, kepadamu, kepada kita sekalian: Hai, hai orang Indonesia jang hidup dalam keadaan sekarang ini, hai orang Indonesia dalam generasi sekarang ini, hai orang Indonesia sekarang ini, landjutkanlah perdjoangan kita,landjutkanlah perdjoangan kita jang kita telah djalankan dengan penuh penderitaan; landjutkan, berusahalah, berdjoanglah, peraslah engkau-punja tenaga dan keringat, agar supaja negara Republik Indonesia jang berwilajah kekuasaan dari Sabang sampai ke Merauke mendjadi negara jang kuat, Republik jang kuat, Republik jang berdaulat, Republik jang disegani dan dihormati oleh seluruh umat manusia didunia ini. Berdjoanglah terus, berichtiarlah terus, bantinglah tulangmu terus, peraslah keringatmu terus, agar supaja bangsa Indonesia  ini, semuanja 105 djuta manusia, hidup didalam keb ahagiaan, tidak hidup ketjingkrangan, tidak hidup kekurangan, tidak hidup tertindas ,tidak hidup dalam kemudaratan, pendek, hidup sebagai kita tjita-tjitakan dari djaman dahulu pula, hidup didalam keadaan gemah-ripahloh-djinawi, tata-tentrem karta rahardja. 

Hai, manusia Indonesia jang hidup sekarang ini, kami Rakjat Indonesia tadinja telah berpuluh-puluh tahun menderita, menderita tiang penggantungan, menderita bui, menderita pendjara, menderita pembuangan Boven-Digoel, mendrita, menderita, menderita, menderita, untuk mentjapai satu masjarakat jang adil dan makmur. Teruskanlah usaha ini, teruskanlah usaha ini, teruskanlah perdjoangan ini. Aku jang telah meninggal dunia, aku generasi jang terdahulu, aku amanatkan kepadamu, aku amanatkan kepadamu, agar supaja engkau berdjoang terus, bekerdja terus, membanting tula ng terus, agar supaja apa jang kita tjita-tjitakan itu tercapai. Demikian pula diamanatkan kepada kita agar supaja kita ini berdjoang terus, bekerdja terus, agar dunia jang bobrok ini, dunia jang penuh setan-setan ini, mendjadi satu dunia baru, tidak ada didalamnja penghisapan oleh manusia atas manusia, tidak ada didalamnja penghisapan bangsa atas bangsa. 

Nah,hai kaum tani Indonesia, merasakan engkau sudah bahwa amanat itu terletak djuga diatas pundaknja kaum tani,diatas pundakmu, pundakmu, pundakmu, kataku, diatas pundakmu, pundakmu, pundakmu, kataku, tetapi djuga diatas pundaknja kaum tani, diatas pundak sekalian Rakjat Indonesia dari Sabang sampai Merauke? 

Na, Saudara-saudara, bukan sadja oleh karena kaum tani berdjumlah 72% daripada seluruh rakjat Indonesia, bukan sadja itu, bukan sadja karena itu maka aku katakan bahwa kaum tani adalah sokoguru daripada Revolusi Indonesia, tetapi djuga oleh karena tjita-tjita Revolusi Indonesia ini hanjalah bisa terlaksana dengan keringatnja kaum tani pula. Djikalau tidak dengan keringat kaum tani, mana bisa kita mentjapai satu masjarakat adil dan makmur, tjukup sandang, tjukup pandang, gemah-ripah loh-djinawi. Tidak bisa, Saudara-saudara. Mana pemimpin jang berani mengatakan bahwa ia bisa mengadakan satu masjarakat jang adil dan makmur tanpa kaum tani? Mana pemimpin kaum buruh jang berani mengatakan bahwa ia bias mendatangkan satu masjarakat jang adil!dan makmur hanja dengan tenaga buruh sadja?
Djikalau tidak dengan tenaga kaum tani pula? Tadi Pak Leimana telah berkata, bukan sandang-pangan, sandang-pangan, sandang hanja bisa terlaksana djikalau dikerdjakan oleh kaum tani pula. Pangan apa lagi, hanja bisa terlaksana djikalau dikerdjakan oleh kaum tani. Maka oleh karena itu aku berkata, kaum tani adalah sokoguru daripada Revolusi Indonesia. Dan Revolusi Indonesia itu. Saudara-saudara, bertudjuan tiga hal sebagai kukatakan tadi.
Hal jang pertama ialah suatu negara Republik Indonesia jang bebas merdeka, bebas merdeka. Kita ini namanja, Saudara-saudara, telah merdeka, telah merdeka, tadinja kita tidak merdeka. Maka oleh karena itu kita lantas berdjoang untuk mentjapai kemerdekaan. Tadinja kita tidak merdeka, kita berdjoang untuk mendjadi merdeka. Apa sebab tadinja kita tidak merdeka, Saudara-saudara? Tiap-tiap orang tani mengerti bahwa dulu kita tidak merdeka. Negara kita, politik diereh oleh Belanda, ekonomi kita diereh, sosial kita diereh; diereh jaitu diperintah, dikuasai. Kita dulu itu laksana terikat,tangan kita terikat, kaki kita terikat, kita tidak bisa berbuat apa-apa, kita tidak bebas, kita tidak merdeka. Oleh karena itu kita lantas mengadakan satu gerakan untuk melepaskan tali-tali ini, melepaskan semua ikatan-ikatan ini agar supaja kita merdeka. 

Ikatan-Ikatan itu apa Saudara-saudara? Dulu kita diikat dengan apa? Tjoba pikirkan dengan tenang. Dulu kita ini tidak merdeka, dus kita dulu itu terikat, tidak merdeka adalah terikat. Kita dulu itu terikat oleh apa, dengan apa? Pikirkan, aku pernah berkata, ikatan itu matjam-matjam, ada ikatan militer, ada ikatan politik, ada ikatan sosial, ada ikatan kebudajaan, ada ikatan ekonomi, tetapi semua adalah ikatan. Dan ikatan-ikatan ini harus kita petjahkan, agar supaja kita merdeka, merdeka militer, merdeka politik, merdeka sosial, merdeka ekonomi, merdeka kebudajaan. 

Maka oleh karena itu aku memberi salah-satu djimat kepadamu, hai Rakjat Indonesia jang bernama Trisakti: Berdaulat penuh, politik, politik berdaulat penuh; ekonomis berdikari, berdiri diatas kaki sendiri, djangan terikat, djangan tergantung, djangan gumantung kepada siapapun; ketiga, didalam hal kebudajaan kita harus berkepribadian sendiri. Itu sebabnja, Saudara-saudara, maka arti Trisakti Tavip, Trisakti Bung Karno, adalah amat penting sekali buat Revolusi kita ini. Oleh karena Trisakti ini adalah sebenarnja inti daripada tudjuan Revolusi Indonesia. 

Nah, dengarkan, kita dulu diikat, matjam-matjam ikatan, kataku, militer, politik, ekonomi, sosial, kulturil.I katan-ikatan itu ada jang te rang-terangan, bisa dilihat dengan mata, ada ikatan jang tidak terang-terangan, tidak bisa dilihat dengan mata. Ikatan jang terang-terangan bisa dilihat dengan mata, saja selalu namakan ikatan riil. Riil artinja bias diraba, bisa dilihat, bisa dipandang dengan mata, bisa ditjium dengan hidung, bisa didengar dengan telinga. Itu riil, kita diikat dengan ikatan-ikatan riil. Tetapi disamping itu kitapun diikat dengan ikatan-ikatan abstrak. Apa, Saudara-saudara tani, artinja perkataan abstrak? Abstrak artinja gaib. Gaib apa artinja? Gaib artinja tidak bisa filihat, tidak bisa diraba, tidak bisa ditjium dengan hidung kita, itu artinja gaib, artinja abstrak. Ikatan ini dua matjam,ada ikatan riil jang tampak njata, ikatan abstrak atau gaib jang tidak bisa kita lihat. 

Ikatan riil apa? Ikatan riil ialah misalnja, kita dikuasai dengan tentara-tentara Belanda, tentara Knil; kita dikuasai dengan bom-bom kita bisa lihat; kita dikuasai dengan pendjara-pendjara bisa kita liha t; kita dikuasai dengan kapal udara-kapal udara bisa kita lihat; kita dikuasai dengan kapal selam-kapal selam bisa kita lihat; kita dikuasai dengan dinamit-dinamit kita bisa lihat; ini adalah semuanja ikatan-ikatan riil. Ada lagi ikatan jang abstrak, kataku, gaib tidak bisa kita lihat, tidak bisa kita raba, apa itu? Misalnja, sebagai kukatakan berulang-ulang, ikatan jang membuat kita bentji satu-sama-lain antara kita dengan kita, politik memetjah-belah, kita dipetjah-belah, orang Djawa dibuat bentji sama orang Sumatera, orang Sumatera dibuat bentji kepada orang Kalimantan, orang Kalimantan dibuat bentji sama orang Madura, orang Madura dibuat bentji sama orang Bugis, orang Bugis dibuat bentji sama orang Ambon, orang Ambon dibuat bentji kepada orang Irian; Ini adalah salah-satu ikatan jang tidak bisa diraba, tidak bias kita lihat, ikatan abstrak, ikatan gaib. 

Begitupula kataku didalam salah-satu pidato,ikatan jang dinamakan rasa ketjil, -- bahasa asingnja inferiority-complex, minderwaardigheids-complex --, merasa ketjil, mersa kita tidak mampu apa-apa; jang mampu itu kan kulit putih, jang mampu itu adalah Belanda, jang mampu itu adalah jang sekarang ini memerintah, jaitu pihak Belanda. Kita ditjekoki dengan rasa jang demikian ini,ditjekoki, hai orang Indonesia, engkau, lu Indonesia, engkau tidak bisa berbuat apa-apa, engkau selalu harus kami pimpin, engkau tidak bisa berbuat apa-apa, sehingga achirnja kita mendapat rasa jang demikian itu: Ja betul, betul, betul, kita orang Indonesia tidak bisa berbuat apa-apa, jang bisa berbuat apa-apa hanjalah orang kulit putih sadja. Ini semuanja, Saudara-saudara, adalah ikatan-ikatan. 

Nah,itu semuanja harus kita petjahkan,djikalau memang benar-benar kita ingin mentjapai Trisakti, djikalau memang benar-benar kita ingin memenuhi Amanat Penderitaan Rakjat, djikalau benar-benar kita ingin mendjalankan tri-krangka daripada Revolusi. Kita harus petjahkan semua ikatan-ikatan ini, baik ikatan jang riil, maupun ikatan jang tidak bisa dilihat, jaitu jang abstrak dan gaib. 

Salah-satu ikatan lagi ialah ikatan ekonomi, Saudara-saudara.Ikatan ekonomi, kita dibuat tergantung pada negeri Belanda atau pada dunia Barat setjara ekonomis, seluruh ekonomi kita dikuasai oleh mereka, sampai kepada makanan kita sehari-hari, Saudara-saudara, kita harus dapat dari mereka, kita punja sandang, kita dapat daripada mereka. Dua minggu jang lalu aku berpidato di Bogor, aku katakan di Bogor itu, bahwa dulu diabad 18, abad 18 masih, wah apalagi, Saudara-saudara, abad ke-10, abad 11,abad ke-12,abad ke-13,abad 15,16,17, abad 18 masih, kita itu masih selfsupporting, self-sufficient hal sandang. Apa artinja self-supporting, apa artinja self-sufficient? Kita bisa memenuhi kebutuhan kita sendiri, kita tanam kita- unja kapas sendiri, kita tenun kita punja tekstil, jaitu bahan pakaian sendiri, tidak perlu kita import dari negara luar.Tapi imprialisme membuat kita tergantung daripada mereka, kita-punja kegunaan untuk membuat pakaian sendiri dimatikan oleh mereka,diganti oleh mereka itu dengan import tekstil dari luar, import tekstil dari negeri Belanda, sehingga achirnja kita, Saudara-saudara, telandjang kalau kita tidak memakai pakaian buatan pabrik negeri Belanda.
Nah, ini kita semuanja harus kita petjahkan samasekali. Disinilah,Saudara-saudara, rol jang penting daripada kaum tani, sebagai dikatakan oleh Pak Leimena tadi itu, dilapangan sandang, dilapangan pangan, kaum tani adalah decisive. Decisive artinja dia jang menentukan, bukan fihak lain, Saudara-saudara.Dengan terus terang sadja, kalau mengenai terut ama sekali pangan, sokoguru jang nomor dua,kaum buruh itu, ja nomor dua; nomor satu ialah tani, tani jang bisa memberi kita pangan. Mana ada manusia hidup tanpa pangan?Kita bisa hidup tanpa automobiel,kita bisa hidup tanpa lampu, kita bias hidup tanpa sepatu,kita bisa hidup tanpa dasi, kita bisa hidup tanpa tjelana,kita bisa hidup tanpa barang-barang jang lain-lain, tetapi bisakah engkau hidup tanpa pangan, bisakah engkau hidup tanpa makan? Manusia harus makan, sebagaimana juga manusia-sebagai dikatakan oleh Dr Sun Yat Sen almarhum-membutuhkan udara ini. Kalau tidak ada udara, manusia mati, ia tidak bisa ambegan,ia tidak bisa menghirup udara,ia mati. Demikian pula manusia kalau tidak ada pangan,mati. Nah, pangan itu asalnja dari mana, Saudara-saudara? Usaha kaum tani. Oleh karena itu aku katakan, kaum tani adalah pula sokoguru daripada Revolusi Indonesia,jang bertudjuan untuk mengadakan tj ukup sandang tjukup pangan buat Rakjat Indonesia ini seluruhnja dari Sabang sampai ke Merauke. 

Saja ulangi,kita harus petjahkan samasekali ikatan-ikatan ini. Ikatan militer sudah kita petjahkan, ikatan politik sedang kita petjahkan, ikatan-itu tadi-pemetjah-belahan, sedang kita petjahkan. Kita mengadakan politik Nasakom, kita mengadakan politik persatuan Indonesia dan kesatuan Indonesia.Malahan, tadi kalau saja mendengar Pak Djasmin, Pak Sudjasmin, saja mendengar lagu Nasakom itu, barangkali ada lebih baik kita koreksi sedikit, bukan hanja ,,Na-sa-kom djiwaku". Haa (Didjawab oleh hadirin: Betul, betul-Red) Na-sa-kom djiwaku, hahaa, lebiih hakkul jakin masuk bersema jamdi dalam kita punja dada, bukan tjuma bersatu, tetapi djiwaku adalah djiwa Nasakom.Tadi Pak Leimena mengatakan tentang Musjawarah Besar Tani ini,Saudara-saudara, pidato berkobar-kobar,waktu saja minta beliau menjanji,jaah,sedikit ,,njeleweng-njeleweng", lagu ,,Ajo Mama" itu tadi, bagaimana lagu ,,Ajo Mama", Pak Leimena? (Pak Leimena tampil kedepan dan menjanji-Red: ,,Kalau Tuan memotong manggis, djanganlah makan ditengah sawah: nekolim duduk menangis, melihat tani Indonesia musjawarah").

Ja,lha tadi kenapa kok gemetar? (Presiden lalu menjanji, disambung dengan refreinnja--Red.),,Kalau Tuan memakan manggis, djangan dimakan ditengah sawah; nekolim semua menangis,kaum tani bermusjawarah".

Nah Saudara-saudara,hai kaum tani Indonesia,itulah sebabnja aku sangat bergembira diadakan  Mubes tani. Seg ala potensi daripada kaum tani, sokoguru daripada Revolusi ini dipersatu-padukan untuk menjelesaikan Revolusi Indonesia ini jang memang belum selesai.
Dengan Mubes tani ini kita bisa menggembleng sokoguru tani mendjadi satu sokoguru jang terbuat daripada besi dan badja,jang kaum nekolim tidak akan bias menggerogotinja, sehingga kaum nekolin tidak akan bisa menggugurkan Revolusi Indonesia ini. Bekerdjalah sekuat-kuatnja. 

Hai Mubes Tani, benar-benar tjapailah dengan Mubes-mu ini apa jang kaudjandjikan kepadaku didalam pidato pembukaan oleh Pak Bambang Murtijoso tadi. Saja berkata, bahwa pokok daripada segala pokok, bukan sadja, bukan sadja kesadaran tani, Saudara-saudara, sebagai sokoguru daripada Revolusi ini,tetapi djuga kesadaran jang sampai meningkat kepada hakkul jakin, bahwa Revolusi Indonesia hanjalah bisa selesai kalau bangsa Indonesia ini bersatu-padu,bahwa Nasakom bukan sadja kita lihat sebagai satu phenomeen bersatu, tetapi saja meminta kepada seluruh kaum tani,seluruh kaum buruh, seluruh sukarelawan, seluruh Angkatan Bersendjata,supaja berkata, Nasakom djiwaku, Nasakom djiwaku, Nasakom djiwaku! 

Hanja djikalau demikianlah,Saudara-saudara, kita benar-benar bisa melandjutkan Revolusi ini sehingga tertjapai segala apa jang diamanatkan oleh Rakjat kepada kita jang hidup sekarang ini. 

Sekian,Saudara-saudara, terimakasih. 

Sumber : http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/message/112881