Pengantar
Indonesia sejak dulu hingga kini selalu menjadi incaran negara asing
untuk “dijajah” atau dijadikan negara boneka, contoh negara asing
misalnya: Inggris, Portugis, Belanda, Jepang, USA, Singapore, Arab
Saudi, dst. Alasan utama negara asing itu adalah: geo politik yang baik,
kaya raya sumber alam, subur sekali, kaya akan laut yang berarti kaya
akan ikan yang merupakan sumber pangan yang luar biasa, kaya manusia shg
baik untuk pasar/konsumsi, dan alamnya indah sekali bak mutiara di
katulistiwa, dst. Diera perang dingin, antara tahun 1960 s/d 1965
Indonesia menjadi ajang pertempuran antara kapitalis (USA) lawan komunis
(Rusia, China). Pada peristiwa G30S di tahun 1965, USA dkk. membackup
militer dan mahasiswa, Rusia membackup partai komunis. Di Indonesia yang
menang adalah USA dkk., di Vietnam yang menang Rusia. Otak penggulingan
Soekarno adalah CIA (USA) dengan operator lapangan adalah Soeharto
dibantu para oknum jendral TNI AD. Dengan dominasi USA melalui SDM yang
diwakili oleh mafia alumni West Point (sisi militer) dan mafia alumni
Berkeley (sisi sipil), maka mulai saat itu Indonesia bagaikan syah
menjadi negara boneka USA, seperti boneka yang lain seperti: Syah Iran,
Marcos, Mobutu Seseko, Raja Faad, dst. Hubungan antara Amerika dengan
Soeharto saat 1965 adalah bagaikan hubungan antara majikan (atau dalang)
dengan pembunuh bayaran (atau operator lapangan); hubungan ini sampai
dengan saat ini masih amat sangat dirahasiakan. Akibat konspirasi
destruktip ini, USA bagaikan mempunyai kartu As terhadapap Indonesia;
apapun kehendak USA boleh dikata harus dituruti oleh pemerintah
Indonesia, misal dalam hal kasus Free Port, tambang minyak blok Cepu,
dan kasus MOU Microsoft. Jadi, rahasia terbesar dan maha memalukan para
penguasa politik Indonesia saat ini ada ditelapak tangan pemerintah
Amerika! Oleh sebab itu, kalau semua keinginan USA tidak dituruti,
rahasia ini dapat mereka (USA) ungkapkan. Dan kalau diungkapkan, maka
nasib fatal akan dialami oleh Soeharto dan para oknum jendral TNI AD
(plus mafia Berkeley); sebab ternyata mereka ini adalah pengkianat
negara terbesar sepanjang sejarah Indonesia, konsekuensinya bangsa
Indonesia barangkali akan menggantung pengkianat ini tinggi2 di menara
Monas Jakarta, dan nama harum mereka akan hancur berantakan seketika
itu. Mengingat regim Soeharto masih mendominasi perpolitikan di
Indonesia hingga kini (hampir semua parpol disusupi oleh para oknum
jendral TNI AD), maka maha rahasia ini sulit dibongkar. Para jendral
pengkianat bangsa ini pada akhir hidupnya (yang tinggal beberapa tahun
lagi, sudah tua2 bangka) dihantui rasa kecemasan luar biasa, yaitu
terbongkarnya skandal mereka. Untuk menutup maha rahasia ini, PKI
dikambing hitamkan. G30S di tahu 1965 adalah pengkianatan para oknum
jendral TNI AD dibawah pimpinan Soeharto atas bangsanya, bukan
pengkianatan PKI. Kasus terakhir (awal Maret 2007) menandaskan kecemasan
hidup para jendral ini, mereka melarang buku pelajaran sejarah dari SD,
SMP dan SMU, karena tidak memuat kata PKI. Tembok Berlin runtuh, patung
Kremlin tumbang, patung Sadam Husein rontok, dan pada suatu ketika
nanti tembok penghalang kebenaran sejarah ini akan runtuh. Kata orang
bijak: “Bau bangkai tidak dapat disembunyikan terusmenerus.” Kapan
runtuhnya rahasia G30S? Tergantung pada kemauan dan kecerdasan bangsa
Indonesia. Terutama sivitas akademikanya, apakah mereka tetap ingin
bodoh, membodohi diri sendiri, atau dibodohi oleh para pengkianat bangsa
serta tetap tunduk-patuh pada mereka. Sangat disayangkan, anak2
Soekarno, para korban tak bersalah 1965, dan bahkan partai sebesar PDIP
tak mampu mengunyah dan membeberkan maha rahasia ini! Padahal bila
dominasi perpolitikan Indonesia oleh para jendral pengkianat bangsa ini
dapat diakhiri secara cepat, maka percepatan perbaikan bangsa juga akan
mengalami kelipatan luar biasa, bagaikan habis gelap terbitlah terang!
Berikut ini analisa kritis peristiwa G30S.
Jurus Indah Soeharto di Tahun 1965
- Bung Karno (BK) adalah seorang jenius yang disegani oleh dunia
internasional di masa hidupnya. BK mempunyai visi sangat jauh kedepan
untuk Indonesia yakni Indonesia adalah: non blok, mandiri (berdikari =
berdiri diatas kaki sendiri), berkepribadian kuat, berbasis Bhineka
Tunggal Ika (pluralisme), serta berdasar Pancasila, dan tidak mau
tergantung pada utang luar negeri (semboyan BK: “Go to hell with your
aids!”). Pada usia yang masih muda (k.l. 30 tahun), Soekarno muda sudah
berani menelorkan gagasan “Indonesia Menggugat” didepan pengadilan
Belanda. BK juga sadar bahwa level pendidikan bangsanya saat itu rata2
masih SMP, maka tidak mungkin memakai sistem demokrasi penuh, maka
beliau dengan bijak memilih menggunakan sistem demokrasi terpimpin.
- Super power dunia saat itu (1960 s/d 1980) adalah USA yang kapitalis
dan Rusia yang komunis. Kedua negara adidaya ini terusmenerus menjadi
sumber kekacauan/pergolakan (atau dalang internasional) di banyak negara
berkembang di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Indonesia dengan segala
kelebihannya/kekayaan alamnya jelas merupakan target perebutan hegemoni
oleh kedua negara adidaya tsb.
- Untuk menguasai Indonesia, USA dkk. dengan cerdik telah menyiapkan
SDM, kelompok SDM ini nantinya disebut sebagai Mafia Berkeley (untuk
intelektual sipil) dan Mafia West Points (untuk mafia Angkatan Darat).
Jendral Soeharto yang cerdas namun licik mampu melihat adanya
kemungkinan untuk menguasai Indonesia melalui kupdeta militer yang
merangkak. Maka Soeharto dkk. lalu melakukan konspirasi dengan USA (via
CIA) tuk menusuk bangsanya sendiri (Bung Karno) di tahun 1965. Pada
tahun 1965, Indonesia sedang dijadikan ajang pertempuran ideologi antara
USA dkk. melawan Rusia dkk. USA dibelakang militer/AD dan mahasiswa,
sedangkan Rusia/China dibelakang PKI. Di Indonesia yang menang USA, di
Vietnam yang menang Rusia.
- Pembunuhan para jendral (Ahmad Yani, Suparman, Tendean, dst) adalah
dikarenakan mereka menolak melepas prinsip non blok dan menolak untuk
berpihak pada regim Soehato/USA. Selain itu, mereka harus dihabisi
Soeharto dkk. agar tidak menjadi pesaing/duri dalam daging. Nasution
yang dapat menyelamatkan diri, akhirnya terpaksa bergabung dengan
Soeharto; pada akhirnya: Jendral Soeharto menjadi presiden, dan Nasution
menjadi ketua MPRS, mulai saat itu Indonesia dibawah regim militer
(eksekutip dan legislatip dibawah militer) dan menjadi negara boneka
USA! Keterlibatan AS dalam kupdeta militer yang merangkak di tahun 1965
di Indonesia sudah banyak ditulis. Semalam sebelum pembunuhan, Soeharto
telah diberitahu oleh Latief akan adanya aksi ini, namun ia tidak
bertindak sama sekali. Selain itu, para jendral itu harus dihabisi
Soeharto dkk. agar tidak menjadi pesaing/duri dalam daging. Nasution
yang dapat menyelamatkan diri, akhirnya terpaksa bergabung dengan
Soeharto; pada akhirnya: Jendral Soeharto menjadi presiden, dan Nasution
menjadi ketua MPRS, mulai saat itu Indonesia dibawah regim militer
(eksekutip dan legislatip dibawah militer, sehingga tak dapat disangkal
lagi bahwa telah terjadi coup d’etat oleh TNI AD!), dan Indonesia
menjadi negara boneka USA! Pada era itu USA banyak membuat negara
boneka, baik di Asia, Timur Tengah, Amerika Latin, dengan cara merekrut
militer dan cendekiawannya. Amerika pada saat itu boleh dikata pabrik
negara boneka.
- Jendral Soeharto beserta para jendral TNI AD kemudian
memprovokasi/mendalangi massa NU (umat Islam, terutama di Jatim) untuk
membantai ratusan ribu massa PKI yang tak berdosa dan tidak tahu menahu
tentang politik di desa2 ditahun 1965, hal ini dilakukan untuk menutupi
coup detat angkatan darat sekaligus mengkambinghitamkan PKI. Cara
provokasi adalah dengan melarang surat kabar umum beredar, dan hanya
harian Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha (keduanya milik TNI AD) saja
yang boleh beredar. Isi beritanya sangat provokatip dan tendensius,
misalnya pesta Gerwani dan penyiksaan para jendral di Lubang Buaya;
berita ini dibuat untuk menjadikan PKI musuh bersama bangsa. Pembunuhan
yang lebih kejam lagi adalah “pembunuhan kemanusiaan” terhadap anak cucu
para anggota PKI yang tidak tahu menahu dan tidak terlibat politik
dengan cara merintangi perkembangan kepribadian, emosi dan bisnis mereka
(alat2 pembunuh yang diciptakan misalnya: litsus dan S.K bebas G30S).
Operator pembunuhan nasional ini adalah pasukan KOPASUS/RPKAD. Baru Gus
Dur saja (saat itu sebagai presiden) yang meminta maaf atas kebiadaban
umat NU dalam menjagal sesama anak bangsa. Semenjak sukses adu domba
ditahun 1965, maka hobi para jendral TNI AD itu s/d sekarang masih
diteruskan dengan banyaknya kasus2 kerusuhan massa di berbagai daerah,
misalnya: Tisakti, Pembantaian Tionghoa, Ambon, Poso, Sampit,
Banyuwangi-santet, dst. (harap baca artikel2 dari George Aditjondro).
- Sukses dr. Mahar Mardjono “mempercepat hidup” Bung Karno membuat ia
dihadiahi jabatan tinggi yaitu Rektor Universitas Indonesia (UI). Sejak
saat itu, dimulailah konspirasi destruktip segitiga antara UI – regim
militer – USA, tak heran UI bangga menyebut dirinya sebagai “kampus Orde
Baru”. Penempatan jendral AD, Nugroho Notosusanto, sebagai rektor UI
menambah gelapnya pendidikan dan sejarah di Indonesia; beliau
mengenalkan hari Kesaktian Pancasila dan wawasan almamater. Warna jaket
GOLKAR pun dibuat serupa dengan jaket UI yang kekuning-kuningan seperti
kotoran tai itu. Untuk mendominasi SDM Indonesia, USA telah menancapkan
alumni2nya, misalnya militer dari West Point dan sipil dari Berkeley.
Alumni militer USA disebut Mafia West Point mendominasi TNI AD, alumni
sipil dikenal sebagai Mafia Berkeley (boleh juga disebut Mafia UI, sebab
kebanyakan para dosen UI) mendominasi pemerintahan terutama jabatan
keuangan/finansial. Sejak saat dimulainya konspirasi destruktip (jaman
Mahar Mardjono) sampai dengan saat ini (2007), UI boleh dikata “tempat
lokalisasi pelacur intelektual” (mirip lokalisasi WTS). Tempat subur
bagi intelektual yang mengabdikan dirinya bagi negara asing (USA/IMF)
dan bagi regim militer. Semenjak itu (sampai saat ini), regim ORBA pasti
menempatkan sivitas akademika UI pada jabatan yang strategis tanpa
memperhatikan moralitas! Kasus terakhir yang terungkap adalah kasus KPU,
dimana orang mulai menyangsikan apakah pemilu yang dimenangkan SBY
jujur dan adil? Peran sivitas akademika UI di penyelewengan KPU sungguh
luar biasa. Dengan dominasi USA melalui SDM ini, maka Indonesia syah
menjadi negara boneka USA, seperti boneka yang lain: Syah Iran, Marcos,
Mobutu Seseko, Raja Faad, dst. Peran sivitas akademika UI terhadap
kehancuran bangsanya sungguh luar biasa, mereka harus melakukan
pertobatan!
- Dalam bulan November 1967, menyusul tertangkapnya ‘boneka Indonesia’
ketangan USA dkk., hasil tangkapan pun dibagi. The Time-Life Corporation
mensponsori konferensi istimewa di Jenewa yang dalam waktu tiga hari
merancang pengambilalihan Indonesia. Para pesertanya meliputi para
kapitalis yang paling berkuasa di dunia, orang-orang seperti David
Rockefeller. Semua raksasa korporasi Barat diwakili:
perusahaan-perusahaan minyak dan bank, General Motors, Imperial Chemical
Industries, British Leyland, British American Tobacco, American
Express, Siemens, Goodyear, The International Paper Corporation, US
Steel. Di seberang meja adalah orang-orangnya Soeharto yang oleh
Rockefeller disebut “ekonoom-ekonoom Indonesia yang top”. Di Jenewa, Tim
Indonesia terkenal dengan sebutan ’the Berkeley Mafia’ (yang kebanyakan
dosen UI), karena beberapa di antaranya pernah menikmati beasiswa dari
pemerintah Amerika Serikat untuk belajar di Universitas California di
Berkeley. Mereka datang sebagai peminta-minta yang menyuarakan hal-hal
yang diinginkan oleh para majikan yang hadir. Menyodorkan butir-butir
yang dijual dari negara dan bangsanya, mereka menawarkan : … buruh murah
yang melimpah… cadangan besar dari sumber daya alam … pasar yang
besar.” Di halaman 39 ditulis: “Pada hari kedua, ekonomi Indonesia telah
dibagi, sektor demi sektor. ’Ini dilakukan dengan cara yang
spektakuler’ kata Jeffry Winters, guru besar pada Northwestern
University, Chicago, yang dengan mahasiwanya yang sedang bekerja untuk
gelar doktornya, Brad Sampson, telah mempelajari dokumen-dokumen
konferensi. ’Mereka membaginya ke dalam lima seksi: pertambangan di satu
kamar, jasa-jasa di kamar lain, industri ringan di kamar lain,
perbankan dan keuangan di kamar lain lagi; yang dilakukan oleh Chase
Manhattan duduk dengan sebuah delegasi yang mendiktekan
kebijakan-kebijakan yang dapat diterima oleh mereka dan para investor
lainnya. Kita saksikan para pemimpin korporasi besar ini berkeliling
dari satu meja ke meja yang lain, mengatakan: ini yang kami inginkan:
ini, ini, dan ini, dan mereka pada dasarnya merancang infrastruktur
hukum untuk berinvestasi di Indonesia.
- Tusukan regim Soeharto atas bangsanya/Soekarno mengakibatkan kekayaan
alam Indonesia dari Sabang (LNG Arun) s/d Merauke (Free Port ) jatuh
ketangan negara Barat terutama USA. Regim militer dibawah Soeharto
bersama USA dan negara barat lainnya bagaikan merampok Indonesia (diawal
kejayaan Soeharto), misalnya penguasaan konsesi tambang2: Freeport,
Caltex, LNG Arun, dst; jadi penguasa kekayaan alam dari Sabang sampai
dengan Merauke adalah negara asing lewat agennya di Jakarta. Juga lewat
IMF dan world bank, USA menguasai finansial, Indonesia mulai dijajah
ekonominya dengan dijerat hutang, Jakarta lalu menjadi akditip terhadap
hutang, strategi gali-tutup hutang dilakukan, pejabat penanda tangan
hutang tentu saja mendapat komisi, inilah yang membuat para petinggi
Indonesia kecanduan berhutang! Regim ORBA sungguh2 menggadaikan negara
ini ke negara asing! Boleh dikatakan bahwa 1/3 kekayaan alam Indonesia
jatuh ketangan asing, 1/3 nya lagi jatuh ketangan para penguasa hitam
terutama di Jakarta (birokrat, politisi, jendral AD/POLRI, dan
konglomerat hitam), dan hanya 1/3 sisanya saja yang menjadi sumber APBN
kita! Maka benarlah bahwa pemilik kekayaan alam Indonesia itu bukan
manusia lokal seperti Dayak, Riau, Aceh, dan Irian, melainkan negara
adidaya dan para oknum pejabat pusat di Jakarta. Tidak heran kalau
mereka (masyarakat luar Jawa) berkeinginan melepaskan diri dari
Indonesia sebab mereka tetap miskin, bagaikan anak ayam mati dilumbung
padi!
- Untuk mengelabui sejarah pelanggaran HAM 1965 atau kupdeta militer,
maka secara licik regim militer memakai strategi “Maling teriak maling”:
- Semua jalan raya disemua kota besar Indonesia diinstruksikan untuk memakai nama para jendral Angkatan Darat yang terbunuh secara konyol namun tragis (A. Yani, Panjaitan, dst.) dan mereka ini digelari pahlawan nasional, langkah ini disertai pendirian monumen2 yang bersifat otot dan kekerasan: patung tentara dan bambu runcing, peran kecerdasan para intelektual seperti organisasi Stovia, Bung Karno, Bung Hatta, Sri Sultan HB IX, yang justru lebih penting malah dikecilkan bahkan diabaikan.
- Hari lahir Pancasila digantikan dengan hari kesaktian Pcsl.
- Direkayasa film sejarah yang menipu yang wajib diputar secara nasional setiap tahunnya.
- Dibuat buku wajib sejarah untuk SD s/d SMA yang menyesatkan.
- Menciptakan sekolah bagi eselon satu pegawai negeri yaitu LEMHANAS (lembaga ini adalah monumen resmi supremasi militer terhadap sipil, saat ini masyarakat dikelabui dengan mendudukan seorang Sipil sebagai kepalanya, apa sih arti seorang dibanding segerombolan militer? Pada umumnya kepala LEMHANAS akan dihadiahi jabatan yang amat basah, minimal menteri, seperti Yuwono Sudarsono dan Purnomo Yosgiantoro).
- Menciptakan penataran P4 dan mata kuliah Kewiraan (dibawah kendali militer yang ketat).
- Mewajibkan litsus dan surat bebas G30S bagi pencari kerja.
- Stigmatisasi PKI sebagai pengkhianat bangsa.
- Mendirikan berbagai LSM/ORMAS untuk melawan bangkitnya gerakan penegakan kebenaran sejarah 1965.
- Menguasai berbagai mass media baik koran, radio, dan terutama TV untuk menjadi leader dalam pembentukan opini bangsa.
- Membrangus kampus dengan wawasan Almamater (dan sekarang ini dengan strategi melibatkan para dosennya untuk ber multi fungsi yaitu: dosen, selebritis, bisnis, dan politikus).
- Menugas belajarkan para jendral TNI/POLRI lalu beramai-ramai menempuh program MM dan MBA untuk menjustifikasi peran multi fungsi mereka (inilah saat dimulainya perusakan mutu pendidikan tinggi di Indonesia; banyak militer yang malas kuliah/belajar namun tetap ingin lulus, dan dosennyapun takut pada para preman berbintang yang digaji negara ini).
- Terus menerus menyewa ilmuwan untuk menulis buku sejarah versi mereka (= regim militer), terutama ilmuwan Barat mengingat bangsa Indonesia masih merasa rendah diri ketimbang kulit putih.
- Last but not least, menyelubungi kupdeta merangkak militer ini dengan menciptakan “ideologi baru yang disebut Dwi fungsi ABRI”.
- Mengingat kasus 1965 adalah kasus pelanggaran HAM yang maha besar,
bahkan lebih kejam daripada Hitler di Jerman, sebab regim Soeharto
membantai bangsanya sendiri itupun s/d anak-cucu, Hitler/Jerman
membantai Yahudi, maka level pelanggaran HAM 1965 sudah tingkatan
internasional. Para oknum Jendral AD sebagai pelaku kebiadaban yang luar
biasa itu kini hidupnya selalu berkeringat dingin campur darah,
ketakutan, kecemasan, rasa bersalah dan hidupnya selalu
dibayang-bayangi/dihantui wajah hampir sejuta jiwa korban manusia. Demi
menghindari tuntutan yang maha luar biasa besarnya dan beratnya dari
para korban G30S tsb., para oknum Jendral AD ini terus menerus
menggunakan politisasi agama Islam untuk melawan gerakan pelurusan
sejarah. Terutama menggunakan para pemuka agama, LSM2, dan cendekiawan
kampus. Dana finansial bagi mereka tidak masalah, sebab 1/3 harta negara
Indonesia telah mereka kuasai, ini hasil merampok bangsanya sendiri
selama kurang lebih 32 tahun.
- Kedigdayaan regim militer/ORBA adalah kemampuan menguasai dana (hasil
merampok bangsanya sendiri) dan menyusupi semua mass media di Indonesia:
dari televisi, radio, s/d koran. Bahkan koran terbesar di Indonesia,
yakni Kompas, pun telah mereka susupi. Jika anda adalah pembaca yang
sangat cerdas, teliti, serta selalu sadar dan waspada, maka setiap kali
ada berita di Kompas tentang usaha pemulihan nama baik para korban
stigmatisasi PKI (yang saat ini mereka sudah tua, diatas 65 th), selalu
diikuti gambar/poto yang menyolok sekali tentang demonstran yang
mengingatkan akan bahaya timbulnya PKI bila hak mereka dipulihkan
(catatan: mengapa bukan bahaya KKN, Orba dan militerisme yang
ditakutkan?), demo ini pada umumnya menggunakan atribut Islam, misalnya
menggunakan bendera Front Pembela Islam. Demikian pula, tulisan bermutu
Kwik Kian Gie yang berusaha membeberkan konspirasi regim Soeharto dengan
regim USA tidak dapat dimuat di Kompas, melainkan Jawa Pos. Prof. Ben
Anderson, ahli G30S, menyiratkan sikap mendua bos Kompas yakni Jacob
Utama (sebab saat regim Soeharto berkuasa, Jacob Utama termasuk
pendukungnya, untuk ini mohon dibaca artikel yang lain). Pada akhir2 ini
(2007) Kompas sering memuat dan memulihkan citra generasi tua penopang
orde Baru. Strategi Kompas boleh disebut “mengikuti arus, namun tidak
tenggelam”, sebab Kompas dimiliki oleh kaum minoritas (Katolik).
Satu2nya kesulitan regim Orba adalah menguasai informasi di internet
yang bebas-merdeka!
Penutup
Dalang/otak penggulingan Soekarno adalah CIA (USA) dengan operator
lapangan adalah Soeharto dibantu para oknum jendral TNI AD. Hubungan
antara Amerika dengan Soeharto saat 1965 adalah bagaikan hubungan antara
majikan (atau dalang) dengan pembunuh bayaran (atau operator lapangan);
hubungan ini sampai dengan saat ini masih amat sangat dirahasiakan. Dan
untuk menutup maha rahasia ini, PKI dikambing hitamkan. G30S di tahun
1965 adalah pengkianatan para oknum jendral TNI AD dibawah pimpinan
Soeharto atas bangsanya, bukan pengkianatan PKI.
Akibat maha rahasia ini, USA bagaikan mempunyai kartu As terhadapap
Indonesia; apapun kehendak USA boleh dikata harus dituruti oleh
pemerintah Indonesia, misal dalam hal kasus Free Port, tambang minyak
blok Cepu, dan kasus MoU Microsoft. Mengingat regim Soeharto masih
mendominasi perpolitikan di Indonesia hingga kini (cermatilah, hampir
semua parpol disusupi oleh para oknum jendral TNI AD), maka maha rahasia
ini sulit dibongkar. Sayangnya, rahasia terbesar dan maha memalukan
para penguasa politik Indonesia saat ini ada ditelapak tangan pemerintah
Amerika! Amerika lalu dapat mendikte Indonesia, sebab kalau semua
keinginan USA tidak dituruti, rahasia ini dapat mereka (USA) ungkapkan.
Dan kalau diungkapkan, maka nasib fatal akan dialami oleh Soeharto dan
para oknum jendral TNI AD (plus mafia Berkeley); sebab ternyata mereka
ini adalah pengkianat negara terbesar sepanjang sejarah Indonesia,
konsekuensinya bangsa Indonesia barangkali akan menggantung pengkianat
ini tinggi2 di menara Monas Jakarta, dan nama harum mereka akan hancur
berantakan seketika itu.
Sebagai penutup, bila dominasi perpolitikan Indonesia oleh para jendral
pengkianat bangsa ini (plus parpol bikinan mereka) dapat diakhiri
secara cepat, maka percepatan perbaikan bangsa juga akan mengalami
kelipatan luar biasa, bagaikan habis gelap terbitlah terang! Oleh sebab
itu, mohon bantuan pembaca untuk menyebarluaskan artikel ini demi
meningkatkan kecerdasan berpolitik bangsa. Terima kasih.
Sumbangan pemikiran dari:
Forum Peduli Bangsa di Eropa
Sumber : http://hatinurani21.wordpress.com